11 Feb 2011

Sudah Latah, Lebay Lagi!

Malam belumlah terlalu larut, baru pukul sembilan, tapi Pa’e sudah menggelar kasur lantai tak jauh dari Genduk yang sedang mengerjakan PR Bahasa Indonesia. Sebenarnya Pa’e belum ngantuk, tapi sepertinya Pa’e lagi suntuk.

“ Kenapa tivinya dimatiin, Pa’e? “ tanya Genduk heran.

“ Lama-lama nonton tivi bikin kita mangkel. Di sana sinetron, di sini sinetron. Latah! Lebay! “ jawab Pa’e kesel.


“ Sudah ganti tahun kok masih sinetronnya melulu. Bahkan ada yang ampai pindah stasiun televisi, ceritanya disambung lagi. Belum sinetron yang sudah tayang dari sore, sebelum aku berangkat sholat Maghrib ke mushola sampai pulang sholat Isya, masih itu-itu juga. Jian, mblengeri tenan!

Genduk diam, sedikit berpikir. Benar apa yang Pa’e katakan, televisi kita memang latah dan lebay dalam hal sinetron, sampai-sampai Genduk sering kebingungan mau nonton acara apa karena Pa’e tak mengijinkan nonton sinetron.

“ Sekarang kan waktunya berita, biasanya Pa’e seneng liat berita “ Genduk mencoba mengingatkan, barangkali Pa’e lupa.

“ Sama saja, beritanya juga itu-itu melulu. Latah dan lebay !“

Tiba-tiba Pa’e jadi sering ngomong latah dan lebay. Genduk jadi bingung, Pa’e dapat istilah dari mana tuh, jangan-jangan justru Pa’e yang latah dan lebay. :)

Pa’e tak jadi tiduran. Pa’e bangun dan mengambil sebuah buku di samping tivi. Buku yang dikirim oleh sahabat Pa’e di Surabaya itu baru dibaca setengahnya.

“ Itu-itu melulu, bagaimana? Memang berita itu yang lagi hangat, banyak diminati masyarakat! “ Genduk sok tahu.

“ Tidak juga, kalau keseringan lama-lama masyarakat malah jadi bosen. Sudah beberapa hari ini, hampir di semua stasiun televisi, dari pagi hingga pagi lagi, beritanya itu lagi itu lagi, kayak nda ada berita lain saja. Tak banyak perkembangan, hanya diulang-ulang “

Pa’e ngotot. Tumben kali ini Pa’e nda nambahin latah dan lebay lagi, mungkin Pa’e tahu kalau Genduk udah siap-siap ngitungin berapa kali Pa’e ngomong latah dan lebay. :)

“ Lha, yang Pa’e mau itu yang seperti apa ?”

Pertanyaan Genduk seperti sebuah tawaran, seolah-olah ia kenal dengan pimpinan redaksi seluruh stasiun televisi. :)

“ Ya jangan latah dan lebay begitu lah. Nda harus siang malam, berhari-hari lamanya memberitakan hal yang sama, tanpa ditambahi perkembangan yang nyata. Kalau ada kasus baru, selalu saja itu yang ditayangkan, padahal kasus sebelumnya belum tuntas. Masyarakat yang mengikuti perkembangan kasus itu kan jadi nggantung, tak tahu penyelesaian akhirnya “

Setelah dibuat mangkel oleh sinetron yang kata Pa’e latah dan lebay, Pa’e kejengkelan Pa’e merembet pada pemberitaan di televisi tentang kasus korupsi yang tak pernah sepi. Selalu saja ada kasus baru padahal kasus sebelumnya belum selesai. ( Pa’e kesel sama koruptornya apa sama pembaca beritanya ya. Bisa jadi dua-duanya, sebab Pa’e tahu berita korupsi itu ya dari pembawa beritanya yang tak mau tahu apakah Pa’e mangkel atau jadi sebel )

“ Setiap ada kasus baru, kasus lama dibiarkan tenggelam begitu saja. Padahal sama seperti kasus-kasus baru, saat pertama kasus itu muncul, siang malam media menyorotinya, bahkan ada yang bela-belain menyiarkan rapat dewan secara langsung. Tapi akhirnya mentah begitu saja, kekhawatiran masyarakat bahwa kasus itu tak akan pernah tuntas, jadi kenyataan “

Mm…..pasti yang Pa’e maksudkan kasus Bank Century, batin Genduk.

“ Salah satunya, masih banyak yang lainnya. Kasus yang melibatkan para petinggi di negeri ini misalnya. Saat pertama muncul, semua media latah memberitakannya, setiap saat setiap waktu, lebay kan? Sekarang mana? “
Genduk kaget. Perasaan tadi dia cuma membatin, tapi kok Pa’e tahu ya. ( Ya tahu lah, kan yang nulis cerita ini temen deketnya Pa’e. Hehehe..)

Genduk akhirnya selesai juga mengerjakan PR Bahasa Indonesia nya. Ia lanjutkan dengan menjadwal pelajaran untuk besok pagi.

“ Barangkali masyarakat memang sudah tak tertarik lagi dengan kasus lama, makanya semua media beralih menyorot kasus yang baru “.

Melihat Pa’e masih ngempet uneg-uneg, mau tak mau Genduk berkomentar.

“ Lho, kalau begitu anggapannya, bagaimana kasus-kasus itu dapat diselesaikan. Padahal salah satu yang menyebabkan kasus itu ‘terpaksa’ ditangani kan karena masyarakat terlanjur mengetahui ” Pa’e sedikit plong. Paling tidak ia yakin Genduk masih mendengarkan.

“ Seharusnya bagaimana yo, Pa’e?” Genduk bingung. Bingung pada sikap Pa’e yang tak biasa.

“ Ya, sekali-sekali media memunculkan kembali kasus-kasus lama yang belum terselesaikan. Mereka punya rekamannya, putar saja kembali rekaman para pejabat yang dengan begitu semangat mengatakan bahwa kasus ini tidak akan mandeg di jalan. Kemana mereka sekarang, jangan-jangan mereka diam karena sudah mendaptkan apa yang mereka inginkan atau justru nama mereka terlibat di dalamnya. Kalau mereka berpura-pura lupa, sebenarnya rakyat tidaklah lupa, apalagi rakyat terlanjur terluka dan menderita “ Pa’e berorasi. Eh, membaca puisi. Eh, bukan ding, deklamasi.

Sepi. Genduk sudah selesai memasukan buku pelajaran ke dalam tas. Genduk menguap. ( Waduh, kayak air kena panas aja, menguap )

“ Kamu sudah selesai belajarnya, Nduk?”

“ Sampun!” jawab Genduk pelan, antara ngantuk dan ingin tidur.

“ Ya sudah. Sekarang kamu gosok gigi dulu, terus kita tidur. Kamu sudah sholat Isya kan? Aku mau wudhu dulu!”

“ Lho, bukane Pa’e sudah sholat di mushola ?”

“ Sudah. Tapi menjaga wudhu itu kan sunah nabi. Nabi mencontohkan untuk berwudhu sebelum tidur. Kita tak pernah tahu, apakah besok kita masih bertemu pagi lagi. Mudah-mudahan malam ini Allah memberiku mimpi bertemu Bu’e. Aku ….“

Pa’e tak meneruskan kata-katanya. Mengapa? Penulispun belum tahu. Kita tunggu saja pengakuan Pa’e nanti, itupun kalau Pa’e mau berbagi.  Tapi penulis tak berani memberi janji.

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri