“Dia sedang belajar” jawabku saat ia bertanya apa yang sedang putriku kerjakan.
Ia heran. “Belajar apa lagi, bukankah ujian sudah selesai?”
“Yang dia pegang bukan buku pelajaran, tapi buku cerita.”
Meski tidakk berkomentar, aku bisa menangkap nada protes di raut wajahnya. “Baca buku cerita kok dibilang belajar!”
***
Seperti sabar yang sebenarnya tidak berbatas, demikian juga pada belajar. Belajar semestinya tidak hanya menjelang ujian, tapi di setiap kesempatan. Tidak hanya pada buku-buku pelajaran, tapi bisa pada sebuah buku cerita bahkan juga pada yang tak berupa tulisan. Tidak hanya di bangku sekolahan, tapi juga di bangku kehidupan. Tidak hanya sekian tahun atau sekian sks, tapi selama hayat masih dikandung badan. Tidak hanya pada orang tertentu, tapi siapapun bisa dijadikan guru.
Sungguh, tiada merugi orang yang gemar membaca. Mengambil pelajaran dari apa yang tak selamanya berupa tulisan. Memetik hikmah pada setiap kejadian dan menjadikannya sebagai ikhtibar menuju perbaikan.