Akhir bulan adalah hari-hari yang sibuk bagi Ahmad ( bukan nama sebenarnya ). Apalagi akhir bulan Desember, kesibukan Ahmad makin bertambah karena ia harus menyelesaikan beberapa laporan tambahan. Ahmad hampir tidak menyadari bahwa hari sudah siang jika saja teman sekantornya tak mengingatkan untuk istirahat dan makan siang. Sejak pagi Ahmad memang benar-benar disibukan dengan berbagai laporan yang harus segera diselesaikan sebelum tahun baru datang. Ia bahkan hampir tak istirahat sejak memulai pekerjaannya.
“ Ayo kita makan dulu “ ajak seorang teman yang sudah siap dengan katering makan siang di depannya
“ Oh silahkan, saya hari ini sedang berpuasa “ jawab Ahmad sambil membereskan tumpukan kertas di mejanya
“ Puasa? Kan ini baru hari Rabu, belum Kamis “ sang teman yang tahu kebiasaan puasa Senin Kamisnya Ahmad protes, dia sangka Ahmad salah mengira hari
“ Iya, aku tahu ini hari Rabu. Insha Allah saya puasa tanggal 13 “ jawab Ahmad sambil tersenyum. Dia sudah siap-siap untuk sholat dzuhur di masjid perusahaan yang terletak di samping kanan gedung yang dia tempati
“ Tanggal 13? Sekarang tanggal 30 Mad! Ah, kamu terlalu pusing dengan laporan kali, sampai-sampai kau lupa tanggal dan hari “ kali ini sang teman tertawa sambil menunjukan kalender meja di depannya
Ahmad menanggapi protes temannya dengan senyuman. Secara singkat dia jelaskan bahwa puasanya kali ini memang bukan puasa Senin Kamis seperti biasa setiap minggunya. Juga bukan tanggal 13 bulan Desember, melainkan tanggal 13 bulan Muharram, seperti yang biasa dia lakukan tiap bulannya. Selama ini Ahmad memang rajin berpuasa Senin Kamis dan puasa pertengahan bulan tanggal 13, 14 dan 15 bulan Hijriyah, kecuali tanggal 13 bulan Dzulhijjah yang masih termasuk hari Tasyrik.
Pertanyaan seperti ini sebenarnya bukanlah kali pertama datang dari teman-teman Ahmad yang menganggap puasa Ahmad terkadang ‘aneh’ bagi mereka. Seperti kemarin, saat Ahmad berpuasa hari Minggu tanggal 10 Muharam, ada saja yang bertanya puasa apa yang Ahmad lakukan. Sayangnya, pertanyaan-pertanyaan seperti ini justru datang dari orang-orang yang ‘mengaku’ beragama Islam. Apakah mereka belum tahu, tidak tahu, tidak mau tahu ataukah tahu tapi tidak mau menjalankan ajaran agama yang lurus ini?
Sangat disayangkan apabila seorang muslim sampai belum tahu atau tidak tahu akan berbagai ibadah sunah yang telah dicontohkan oleh rosululloh saw, diantaranya tentang berbagai puasa sunah. Bukankah alasan tidak tahu tidak akan menjadikan kesalahan dan dosa terhapus karenanya. Setiap muslim, laki-laki ataupun perempuan mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu semenjak lahir sampai masuk ke liang kubur, termasuk didalamnya adalah ilmu agama. Tak ada alasan untuk menggugurkan kewajiban atau mengabaikan sunah hanya lantaran tidak tahu.
Tidak mau tahu, barangkali itulah yang terjadi pada sebagian pemeluk agama yang haq ini. Mereka cukup nyaman dan merasa aman setelah menjalankan ibadah-ibadah wajib seperti sholat, zakat dan juga puasa di bulan Ramadhan. Mereka merasa ‘tak perlu’ mempelajari apalagi mengerjakan amalan-amalan sunah yang banyak dicontohkan oleh rosululloh saw. Puasa misalnya, mereka hanya tahu bahwa kaum muslimin diwajibkan berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Pertanyaan apa itu puasa 10 Muharram, puasa pertengahan bulan tanggal 13, 14 dan 15 adalah salah satu contoh dari ketidak mau tahuan mereka tentang amalan-amalan sunah.
Tahu tapi tidak mau mengerjakan, barangkali inilah yang paling ‘menyedihkan’. Ada sebagian orang yang sebenarnya sudah tahu tentang berbagai amalan baik wajib maupun sunnah, namun dengan berbagai alasan mereka tidak mau melaksanakan. Jangankan terhadap yang sunah, ibadah wajib saja terkadang mereka tinggalkan dengan sengaja. Atau ada yang terlalu ‘percaya diri’ dengan menyangka bahwa ibadah cukup yang wajib-wajib saja. Untuk semua bentuk ibadah sunnah, tidak mendatangkan dosa apabila ditinggalkan selalu mereka jadikan alasan untuk ‘melegalkan’ kemalasan mereka.
Kita diciptakan Allah swt adalah untuk beribadah, mengabdi kepada Nya. Ibadah sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu wajib dan sunnah. Hukum telah ditetapkan ketika ajaran agama ini sempurna diturunkan, sehingga yang wajib tidak bisa dirubah menjadi sunnah dan yang sunnah tidak bisa dijadikan wajib, masing-masing memiliki kedudukan sendiri-sendiri. Ibadah sunnah, meski tidak ada dosa ketika kita meninggalkannya, namun sungguh sayang sebenarnya apabila kita lewatkan apalagi kita sama sekali tak bisa menjamin bahwa ibadah-ibadah wajib yang telah kita lakukan diterima sepenuhnya oleh Allah swt. Kenyataannya, kita masih sulit untuk khusyuk dalam sholat, sulit ikhlas saat berzakat, sulit berpuasa lahir dan juga batin. Melalui ibadah sunnahlah, kita berharap kekurangan-kekurangan ibadah wajib bisa kita tutupi. Melalui ibadah sunnahlah kita berharap dosa-dosa kecil kita bisa diampuni. Dan puasa sunnah tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Hijriyah adalah salah satu ibadah sunnah yang memiliki kedudukan yang kuat, sangat sayang apabila kita lewatkan.
Tangerang, 13 Muharram 1431 H
5 Jan 2010
Browse » Home »
kisah berhikmah
» Rabu Bukan Kamis, 30 Bukan 13
Rabu Bukan Kamis, 30 Bukan 13
Labels:
kisah berhikmah
Featured post
Sebab Cinta Tak Harus Menangis
“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...