29 Mar 2011

Blog Tiara

Si kutu buku. Sudah lama predikat ini melekat pada Tiara, siswi kelas lima SD Harapan Bangsa. Hobi membaca Tiara sudah kelihatan sejak usianya masih balita. Tidak mengherankan, sebab ayah dan bundanyapun memiliki hobi yang sama.

Meski membaca adalah hobi utama, namun semua itu tidak sampai mengganggu kegiatan belajarnya. Justru, dengan membaca, pengetahuan Tiara semakin bertambah. Sejak kelas satu, peringkat pertama selalu menjadi miliknya. 

Apa yang dibaca Tiara tidak terbatas pada buku-buku cerita saja, tapi juga buku dan majalah yang menunjang pelajaran sekolah. Untuk menjamin bahwa yang dibaca Tiara bermanfaat, sebelumnya setiap buku dan majalah harus melalui seleksi Ayah dan Bunda terlebih dahulu. Tak selalu baru, seringkali ayah Tiara membelikan buku-buku bekas yang masih layak untuk dibaca. Bagi Tiara, buku baru tidaklah berarti harus masih dalam bungkusan plastik. Yang sudah terbit beberapa tahun yang lalupun tak masalah, selama ia belum pernah membacanya maka sama saja itu baru baginya.

“ Yah, boleh nda kalau Tiara punya cita-cita jadi penulis ?” tanya Tiara satu ketika.

“ Boleh saja! Bagus itu, Ayah sangat setuju! “ jawab Ayah mantap. 

Bagi sebagian orang tua, menjadi seorang penulis mungkin bukanlah satu hal yang membanggakan. Mereka lebih senang jika anak-anaknya bercita-cita menjadi guru, dokter, pilot atau presiden sekalian. Tapi bagi ayah Tiara yang sejak muda memiliki hobi membaca, paham betul bahwa masa depan seorang penulispun bisa cerah seperti profesi lainnya yang umum disebutkan anak-anak ketika ditanya apa cita-cita mereka. Banyak orang yang hidupnya sukses secara materi bermula dari menulis. Apalagi bila tulisan-tulisannya mampu menggugah kesadaran, mengajak pembaca untuk ber amar maruf nahi munkar, maka bukan saja kesuksesan di dunia yang bakal didapat, tapi bisa menjadi tabungan di akhirat kelak.

“ Kalau kamu ingin jadi penulis yang hebat, kamu harus banyak belajar dan berlatih menulis. Ayah sarankan kamu untuk ngeblog. !” Ayah serius menanggapi keinginan Tiara.

“ Ngeblog? Maksudnya? “ Tiara belum paham apa yang Ayah maksudkan.

“ Ya, membuat blog. Seperti punya ayah !”

“ Daftar di jejaring sosial, seperti teman-teman Tiara di sekolah? “

“ Bukan! Memang ada beberapa kesamaan, tapi para penulis biasanya lebih memilih menulis di blog dibanding membuat status singkat seperti di jejaring sosial. Selain bisa menambah sahabat, dengan ngeblog kamu juga bisa belajar tentang cara membuat tulisan yang menarik dengan banyak membaca tulisan orang lain. “

“ Memang anak kelas lima SD boleh punya blog? Bukannya blog itu untuk orang dewasa?”

“ Seperti halnya jejaring sosial, meski pada dasarnya dibuat untuk orang yang sudah dewasa, tapi anak-anak bisa juga memakainya. Kamu tahu sendiri kan, teman-temanmu bahkan adik-adik kelasmu sekarang banyak yang memiliki akun di jejaring sosial ?“

“ Kenapa harus di blog, Yah? Kan bisa saja aku nulis di buku? “ Tiara memperlihatkan buku Diary warna biru kesayangannya.

“ Begini, Tiara. Ide-ide yang datang akan segera lenyap kalau kita tidak segera mengikatnya dengan cara menuliskannya. Dan tulisan-tulisan tersebut menjadi tidak berarti bila hanya kita simpan di dalam laci. Tak banyak orang yang akan membacanya, padahal tulisan itu berisi banyak hal yang bermanfaat. Salah satu cara agar tulisan kita dibaca orang lain, dan tentunya berharap bisa memberikan manfaat, adalah dengan mempublikasikannya melalui blog “

“ Tapi Tiara malu, Yah. Kan Tiara belum pandai menulis, baru mau belajar. “ Tiara ragu dengan kemampuan menulisnya.

“ Seorang penulis hebat, tidak serta merta bisa begitu saja. Butuh latihan berulang-ulang. Butuh kesabaran, ketekunan dan wawasan yang luas. Blog adalah salah satu tempat yang tepat untuk belajar menulis sekaligus mencoba mempublikasikan agar ide kita dibaca oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun yang bisa mengakses internet. “ Ayah memberikan semangat.

“ Ya, sudah. Tiara mau dibikinin blog. Tapi, berarti Tiara harus sering ke warnet dong, Yah? “

“ Tidak perlu. Ayah berencana untuk membeli modem agar komputer kita bisa online. Insya Allah, kalau Ayah sudah gajian kita beli modem, jadi kita bisa online di rumah. Justru ayah khawatir kalau kamu online di warnet. Ayah takut kamu nanti mengakses situs-situs yang tidak bermanfaat karena Ayah dan Bunda tidak bisa mengawasinya “

“ Asyiiiik……………! Bunda, Bunda! Besok Ayah mau beli modem, komputer kita bisa buat internetan. Dan satu lagi, ayah mau bikinin Tiara blog, Bunda! “ Tiara melonjak-lonjak kegirangan. Bunda yang sedang asyik membaca tabloid jadi tersenyum geli melihat tingkah putri tunggalnya.

“ Iya, tapi kamu harus ingat. Belajar harus tetap diutamakan. Kamu boleh main internet, tapi harus dalam pengawasan Ayah atau Bunda “ Bunda mengingatkan.

“ Betul, Tiara. Kamu boleh menggunakan internet setelah belajar dan tugas-tugas sekolahmu selesai dikerjakan. Situs apa yang kamu buka, juga harus sepengetahuan Ayah dan Bunda “ Ayah menambahkan. 

“ Kamu juga boleh ngeblog dalam batas-batas tertentu. Tidak boleh setiap hari, cukup satu atau dua kali dalam seminggu. Dan karena hobimu membaca, nanti Ayah carikan situs-situs yang mendukung untuk pengetahuan dan pelajaran sekolahmu. Juga Ayah carikan ebook-ebook bagus untuk kamu baca. Tapi kamu harus janji, kamu bisa menepati peraturan ini !”

“ Yes, Ayah! Tiara janji!

Seminggu kemudian.

“ Bagaimana Tiara, kamu sudah puas dengan tampilan blog yang Ayah buatkan ?”

“ Puas, Ayah!. Theme blognya, aku banget! Terima kasih Ayah “

Tiara terlihat kagum dengan blog yang dibuatkan Ayah. Themanya berwarna biru, warna kesukaannya. Sehelai bulu merpati menari-nari menuliskan nama Tiara di halaman utama. Dan, di sisi kanan blog, terpampang foto dirinya saat sedang rekreasi ke taman bunga sebulan yang lalu. 

“ Oh, ya Ayah. Sebelum nanti tulisan Tiara dipublikasikan, tolong Ayah bantu koreksi dulu ya, biar nda malu-maluin “

“ Insya Allah. Nanti ayah kenalkan dengan sahabat-sahabat ayah yang pengalaman menulisnya sudah luas. Diantara mereka, ada juga beberapa yang seumuran denganmu tapi tulisan-tulisannya sangat bagus. Kalau kamu sudah terlatih, kamu bisa mengoreksi sendiri. Bahkan kedepannya kalau kamu sudah canggih, kamu bisa mengirimkan tulisanmu ke situs yang menyediakan ruang untuk penulis tamu. Kamu juga bisa ikut kontes menulis dan mengirimkan tulisanmu ke redaksi majalah dan Koran. Kalau tulisanmu dimuat, kamu bakal mendapatkan uang. Lumayan, bisa buat ditabung dan nambah uang jajan “

“ Benar, Yah? Hore…! ” Tiara bersemangat.

Setahun kemudian.

“ Ayah…. Bunda….! Lihat, tulisanku diterbitkan lagi di majalah Permata! “ Tiara yang baru pulang sekolah terlihat begitu gembira. Tangan kanannya memegang majalah Permata yang kembali memuat tulisan kirimannya. 

“ Alhamdulillah, coba lihat ! “ Ayah dan Bunda menyahut kompak. 

“ Ngomong-ngomong, Ini tulisanmu yang keberapa Tiara ?” tanya Bunda.

“ Kalau di majalah Permata, tulisan yang ketiga, Bunda. Tapi kalau yang diterbitkan di tabloid Kejora, sudah ada lima “ 

Tiara benar, tulisan berjudul Aku dan Biru adalah tulisan ketiga yang berhasil dipublikasikan di majalah Permata. Seminggu yang lalu, sebuah cerpen berjudul Negeri Di Atas Awan juga dimuat di tabloid Kejora. Itu adalah cerpen kelima yang dipublikasikan di sana. 

“ Oh, ya. Ayah, Bunda! Ada kabar bagus satu lagi!”

“ Apa tuh?” tanya ayah dan bunda berbarengan.

“ Tadi, di sekolah Tiara dapat piagam penghargaan sebagai siswa berprestasi terbaik untuk seluruh kelas lima di ulangan tengah semester. Pak kepala sekolah bilang, tulisan Tiara di majalah dan tabloid bagus-bagus. Beliau juga sering buka blog Tiara. Katanya, blog Tiara bagus, inspiratif. Bu Guru juga bilang begitu. “

“ Alhamdulillah. Tapi kamu harus ingat, jangan sombong, jangan takabur dan jangan sampai lupa belajar. Selama kamu bisa membuktikan bahwa ngeblog dan belajar bisa berjalan bersama-sama, Ayah dan Bunda akan terus mendukungmu. “

“ Iya, Ayah. Terima kasih sudah mengenalkan Tiara dengan blog. Tiara janji, seperti yang sudah-sudah, bahwa belajar tetap yang utama. Ngeblog hanya untuk selingan dan kalau ada waktu luang saja. “

“ Bagus….!” Ayah mengacungkan dua jempol tangan ke arah Tiara.

“ Oh, ya. Ayah. Kalau uang tabungan Tiara sudah banyak, boleh nda Tiara pakai untuk beli netbook? Biar Tiara ngga ganggu lagi kalau Ayah sedang online “

“ Boleh saja. Tapi itu nanti, kalau kamu memang sudah benar-benar memerlukannya. Sekarang pakai saja dulu yang ada, Ayah sendiri tidak setiap saat online kok. Bagaimanapun, ada banyak hal yang harus tetap dijaga dan dilaksanakan di dunia nyata. Jangan sampai gara-gara asyik online, keluarga dan banyak urusan lainnya jadi terbengkelai. Dan karena kamu masih sekolah, belajar tetap harus diutamakan. Bagaimana, Ayah masih bisa pegang janjimu?”

“ Insya Allah, Ayah” 


Cerita ini fiktif belaka dan ditulis dalam rangka memenuhi ajakan menulis cerita anak ( dongeng ) yang diadakan dalam rangka menyambut ulang tahun sarikata.com ke-9.


Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri