Apa kabar sahabat dan
kerabat Abi semua? Setelah hampir dua bulan berkonsentrasi dengan angka-angka, ternyata
muncul rasa rindu tak terkira untuk kembali belajar merangkai kata.
Hasratku untuk kembali
belajar merangkai kata semakin menjadi ketika sebuah pesan singkat masuk ke
handphoneku, mengingatkanku pada sebuah kenangan mengharukan yang sempat
terlupakan.
Lima bulan lalu, bersama lima rekan kerja lainnya (
termasuk si pengirim pesan ), kami bertaziah ke keluarga salah satu rekan kerja kami yang kembali
kepada penciptanya setelah tiga bulan berjuang melawan penyakit yang menyerang
organ bagian dalamnya.
Keharuan langsung terasa ketika kami tiba di kediaman orang tua almarhum. Istri almarhum bahkan kembali
menangis saat menyambut kedatangan kami. Aku yang mengenal almarhum cukup
dekat, tekun menyimak cerita ayah almarhum yang meski kedua matanya tak lagi
basah, tapi dari warna merah yang tersisa tergambar jelas betapa duka mendalam
masih ia rasakan.
Siapapun orangnya, dan bagaimanapun
caranya, rasa kehilangan itu sama, sedih, hingga seringkali air mata yang
mewakilinya. Namun dari beberapa yang pernah kutemui, rasa kehilangan dan duka
mendalam lebih terasa ketika yang meninggal usianya lebih muda, agak berbeda
apabila yang meninggal dunia sudah lanjut usia. Begitupun yang kutemui di
keluarga ini. Usia almarhum yang relatif masih muda, membuat keluarga terutama
sang ayah sulit untuk meredam kesedihan.
Dari orang berbeda, aku
juga pernah menemui hal yang – hampir – sama. Seorang ibu berkali-kali pingsan
di hadapan jenazah putri kandungnya yang usianya baru separuh dari usianya.
Jika dalam manajemen
perdagangan atau pergudangan dikenal sistem FIFO ( first in first out, yang
pertama masuk, pertama keluar ) dan juga LIFO ( last in first out, yang
terakhir masuk, pertama keluar ) maka dalam hal kematian tidak ada istilah FIFO
maupun LIFO. Tidak ada aturan bahwa siapa yang lahir lebih dulu dia yang akan
mati duluan, sementara yang lahir belakangan matinyapun belakangan, atau
sebaliknya.
Bila ada seorang anak
tersedu di acara pemakaman orang tuanya dianggap wajar, maka seorang nenek yang
terisak pilu di hadapan jenazah cucunya yang baru saja lahir ke duniapun
bukanlah sebuah keanehan. Malaikat Izrail tidak pernah salah melaksanakan tugasnya. Ia
akan menjemput orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat pula, sesuai
dengan yang Allah tetapkan ketika usianya baru memasuki empat bulan dalam
kandungan.
Keliru besar apabila ada orang
yang berbuat sesuka hati menuruti hawa nafsunya dengan anggapan dirinya masih
muda, masih banyak orang-orang yang lebih tua dari usianya, sebab sekali lagi dalam
persoalan kematian, tidak berlaku sistem FIFO seperti halnya dalam dunia
perdagangan dan pergudangan.
Tentu ada sebuah hikmah
mengapa Allah menjadikan kematian sebagai salah satu rahasia Nya. Jika saja
diberlakukan sistem FIFO, maka para ahli maksiat akan terus memperturutkan hawa
nafsunya selama orang lain yang terlahir sebelum dia masih hidup.
Harus selalu kita ingat bahwa kapanpun, di manapun dan dengan
cara bagaimanapun maut bisa saja datang menjemput. Jangan pernah berfikir usia
masih muda, badan masih sehat, lantas menunda-nunda kewajiban kita selaku
makhluk kepada penciptanya. Ingatlah bahwa siapapun kita, sadar atau tidak
sadar, sebenarnya kita sedang berada dalam antrian yang kita tidak tahu nomor
berapa, setelah siapa. Yang harus diingat, dalam hal ini ( kematian ) tidak berlaku
sistem FIFO maupun LIFO.