Maka, hari Minggu, 19 April 2009, bersama dua orang rekan dari Jakarta, untuk pertama kalinya kami ( saya dan keluarga ) bersilaturahim dengan pemilik rumah ini, atas undangan beliau. Subhanallah wal hamdulillah. Mimpi itu akhirnya menjadi nyata.
Dekat seperti sahabat, hangat layaknya kerabat, itulah yang kami rasakan saat pertama kali bersilaturahim dengan beliau. Belasan penghargaan yang tertata rapi di dalam lemari, prestasi serta popularitas yang beliau dapatkan sama sekali tak membuatnya tinggi hati. Kecanggungan yang sempat terasa di awal pertemuan segera cair oleh hangatnya obrolan.
.jpg)
Kedekatan dan kehangatan layaknya keluarga tetap kami rasakan saat bersilaturahim untuk kedua kalinya. Selain membicarakan strategi pemasaran karya terbaru beliau, saat itu kami lebih memfokuskan obrolan pada keinginan beliau untuk membangun website pribadinya. Namun karena keterbatasan kami, ditambah kesibukan beliau yang sangat tinggi, sampai saat ini keinginan itu belum sepenuhnya terealisasi, website tersebut belum sempurna dikerjakan.
Dan silaturahim kami yang ketiga, terjadi di minggu terakhir bulan Ramadhan kemarin. Cukup lama memang jarak antara silaturahim yang satu dengan silaturahim berikutnya, tapi alhamdulillah komunikasi via telpon atau sms tetap terjalin dengan baik. Dalam banyak hal, kami saling mengingatkan, menguatkan dan juga mendoakan.
Satu yang tak kami sangka, silaturahim bersama Sabila malam itu ternyata adalah silaturahim terakhir kami di rumah megah ini. Secepatnya, rumah yang penuh kenangan ini akan dijual, karena beliau akan menempati rumah baru agar lebih fokus menangani bisnis barunya. Dan salah satu tujuan beliau mengundang kami malam itu adalah agar melalui blog yang sederhana dan seadanya ini saya membantu menyebarluaskan informasi penjualan rumah ini.
