Biasanya, jam 4 sore tet - tak kurang tak lebih – aku sudah tak bisa lagi ditemui di kantorku yang lebih mirip dengan akuarium raksasa karena seluruh dindingnya terbuat dari kaca. Tapi Kamis, 7 Januari kemarin aku masih duduk manis di kantor padahal jam sudah menunjukan jam 4 lebih 15 menit. Aku asyik membuka facebook di hp mungilku. Ada tiga pesan yang masuk di sana, satu diantaranya datang dari pak Bahtiar Hs.
“Tumben neh, pak Bahtiar mengirim pesan khusus ke facebook, yang kutahu beliau bukan facebook mania. Sama sepertiku, beliau membuka akun di facebook hanya untuk sekedar menjaga silaturahmi dan komunikasi dengan beberapa facebooker. Pasti ada sesuatu yang penting” begitu pikirku sambil meng-klik pesan dari pria asal Ponorogo yang pertama kukenal dari tulisan-tulisann Oase Imannya di eramuslim.com ini.
Rupanya pesan itu baru dikirim siang tadi, beruntung aku membukanya sorenya, jadi belum begitu terlambat. Agak mengejutkan, ayah dari 6 orang malaikat kecil ini yang sudah beberapa hari ini tak meng-update blog bahtiarhs.net nya, memberi kabar bahwa buku keduanya akan segera diterbitkan, untuk itu beliau meminta aku memberikan endorsement di buku yang direncanakan akan diberi judul Doa Dan Bungkusan Yang Ruwet ( kabar bahwa buku kedua ini akan diterbitkan sudah kudengar bebarapa bulan sebelumnya, namun belum tahu kapan pastinya ). Buku itu sendiri sebagian berisi kisah-kisah suri tauladan yang pernah ditulisnya di Oase Iman, jadi sudah pasti aku pernah membacanya karena memang aku mengumpulkan semua tulisan beliau di sana, juga penulis-penulis lainnya. Tapi jika diperlukan, beliau akan mengirim draftnya segera. Begitu beliau menambahkan di pesannya. Dan untuk itu belaiu memberikan waktu 4 hari untuk menyelesaikan endorsement yang dimaksud.
Endorsement? Jujur aku tak tahu apa yang dimaksud, bahkan rasanya sore itu adalah kali pertamanya aku membaca kata itu. Sempat berfikir juga, mungkin yang dimaksud adalah semacam komentar seperti yang biasa dijumpai di buku-buku best seller. Tapi, benarkah? Aku tak mau ke-ge er-an dengan sesuatu yang tidak aku ketahui kepastiannya. Tanpa merasa malu – memang begitu adanya – akupun membalas pesan pak Bahtiar,bukan untuk mengatakan iya atau tidak, tapi terutama untuk menanyakan apa itu endorsement. Satu yang kuyakini, endorsement tak ada kaitaannya dengan semen atau segala macam material bangunan. Hehehe...
Tak sabar menunggu jawaban di facebook, aku kirimkan sms ke nomor hp lelaki yang terasa sudah akrab meski belum pernah sekalipun tangan ini berjabat. Sama seperti balasan pesanku di facebook, kutanyakan pula hal itu melalui sms. Masih tak sabar menunggu jawaban, aku mencoba chat dengan temanku yang ada di kantor tepat di bawah kantorku. Sayang, sama sepertiku diapun tidak tahu. Kucoba bertanya ke teman lainnya, Alhamdulillah temanku yang satu ini wawasannya cukup luas. Sama seperti dugaanku, endorsement yang dimaksud adalah semacam dukungan, atau komentar yang biasa dicantumkan di buku, terkadang didepan atau juga dibagian belakang. O.......jadi benar, endorsement itu bukanlah salah satu merk atau nama perusahaan penghasil semen seperti yang kuduga semula. Ya iya lah! Hehehe...
Sungguh, tugas ini adalah tugas yang berat, tapi juga menyenangkan. Terasa berat, karena sampai umurku lebih dari 31 tahun ini, belum pernah sekalipun aku mengerjakan tugas semacam ini. Apalagi untuk sebuah buku yang nantinya akan diedarkan ke seluruh penjuru nusantara, ini pasti sangat berbeda dibandingkan ketika aku memberikan komentar di blog. Terasa menyenangkan, bukan karena ‘impian’ saya bahwa kata-kata sederhana saya nantinya bakal muncul di sebuah buku - bukan itu - sungguh aku tak berani bermimpi senekad itu. Aku merasa senang, karena tugas ini memberikan sebuah kesempatan untuk belajar.
Sebenarnya, kalau soal namaku tercantum di sebuah buku bukanlah sekedar mimpi. Di buku Jejak-Jejak Surga Sang Nabi , buku pertama yang ditulis Bahtiar Hs dua tahun lalu namaku tertulis dideretan orang-orang yang diberikan ucapan terima kasih atas dukungannya hingga buku pertama tersebut bisa diterbitkan dan diedarkan. Muhammad Nurudin, begitu nama itu tertulis di sana yang sempat membuat aku dan juga istriku bertanya, benarkah itu aku yang dimaksudkan?. Tak mau ber ge-er ria, akupun mengkonfirmasikan kepada sang penulis, dan ternyata benar nama itu yang dimaksudkan adalah aku. Ah, seperti melambung rasanya waktu itu. Sungguh, pak Bahtiar telah membuatku ‘terbang tanpa sayap’.
Dan, jika kali ini untuk buku keduanya, Bahtiar Hs kembali ingin membuatku terbang tanpa sayap, barangkali inilah cara beliau memberikan penghargaan terhadapku yang sebenarnya tak memberikan kontribusi apapun kecuali karena ‘kecerewetanku’ dalam mengomentari tulisan-tulisan beliau di blognya. Ini pula cara beliau mengekspresikan persahabatannya denganku yang selalu saja mengikuti kemana dan dimana saja beliau dapat ditemukan di dunia maya, mulai dari eramuslim, YM, multiply, wordpress, goodreader, facebook, flickr dan yang paling sering ku sowani adalah di Bahtiarhs.net
Alhamdulillah, meski diliputi rasa bimbang dan ragu akhirnya aku mampu menyelesaikan endorsement untuk buku beliau, dua hari lebih cepat dari waktu yang diberikan. Aku tak berani memastikan, apakah endorsement yang kuberikan dapat memenuhi harapan, yang terpenting aku melakukannya dengan penuh keikhlasan. Dan aku sudah sangat bersyukur karena mendapat kehormatan sekaligus kesempatan untuk belajar.
Semoga saja, buku ini segera diterbitkan dengan atau tanpa endorsementku tercantum disana. Semoga pula buku ini bisa segera sampai ke tangan para pembaca karena buku ini sangat bermanfaat bagi siapapun yang ingin mencari hikmah kehidupan yang tak selamanya berwujud tulisan. Menurutku buku ini ditulis berlandaskan sebuah kejujuran, bukan mengada-ada apalagi membesarkan hal-hal kecil demi sebuah sensasi. Buku ini ditulis dari sudut pandang yang tepat, sehingga pesan moral dan juga hikmah bisa terkuak dari sebuah peristiwa sederhana sekalipun. Buku ini disusun dengan bahasa dan gaya penulisan yang tepat, sehingga bukan hanya menarik untuk dibaca, namun mampu membangkitkan kesadaran dan semangat kita untuk mendekatkan diri kepada Nya. Buku ini banyak memberikan pencerahan dan pelajaran tanpa ada kesan menggurui. Jadi, jangan sampai lewatkan untuk membaca buku yang jujur dan inspiratif semacam ini.