Aku tetap tak bisa memahami alasan ibu satu orang anak ini yang dengan jelas-jelas menolak permintaan atau tepatnya perintah sang suami untuk mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja demi anak tunggalnya yang kini sudah sekolah tk. Adalah alasan sang ibu muda ini yang tidak bisa kumengerti, tidak mau berhenti bekerja karena menurutnya menjadi ibu rumah tangga hanya akan membuatnya cepat tua. Astaghfirulloh! Andai saja yang menyampaikan alasan ini adalah istriku, maka saat itu juga aku sudah mempunya satu alasan kuat untuk melarangnya bekerja.
Sudah seminggu lebih bocah laki-laki kurus itu tidak mau sekolah jika tidak diantar dan ditungguin oleh ibu atau bapaknya. Begitu juga ketika bocah itu masih tinggal bersama kakek dan neneknya di kampung. Setiap hari selalu saja ada alasan yang dibuatnya untuk tidak masuk sekolah. Alasan sakitlah yang selalu menjadi senjata bocah ini. Sakit perut lah, mata lah, pusing lah, dan berbagai macam alasan sakit lainnya. Bahkan untuk mendukung alasannya, bocah ini juga melakukan aksi mogok makan ( meski tidak total ). Tuntutannya pada sang kakek nenek saat itu hanya satu, diantar ke Tangerang berkumpul bersama ibu bapaknya, dan tentunya sekolah di sana.
Minggu kemarin, sang ibu akhirnya menjemput putra tunggalnya meskipun saat itu ia belum tahu pasti siapa nantinya yang akan mengasuh putranya jika ia dan suaminya pergi bekerja. Pertama kali melihat kedatangan bocah ini aku sempat kaget. Terakhir melihatnya lebaran kemarin, badannya gemuk, sehat dan ceria. Tapi kini, badannya kurus, ceking dan terlihat tidak bersemangat. Ini semua bukan karena sang bocah tak dirawat kakek neneknya dengan baik, tetapi karena sang anak terus ngambek, minta diantar ke ibu bapaknya di Tangerang. Bukan tidak peduli dengan tuntutan sang cucu, tapi kakek neneknya justru khawatir cucu kesayangan mereka tidak ada yang menjaganya jika ibu bapaknya pergi bekerja.
Hari kedua kedatangan bocah ini, sang ibupun mendaftarkannya ke salah satu tk Islam, tak jauh dari rumah. Namun sayang, bocah ini tidak mau sekolah jika tidak diantar dan ditungguin ibu atau bapaknya. Meski sang ibu sudah mendapatkan orang yang mau mengasuh bocah ini, namun sang bocah tetap bersikeras tidak mau sekolah tanpa ibu atau bapaknya. Setiap pagi aku melihat bocah ini menangis, bahkan berontak ketika kedua orang tuanya membujuknya untuk sekolah.
Adalah sang bapak bocah ini yang kemudian menyarankan sang istri untuk mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja. Bagaimanapun anaknya harus lebih diutamakan, juga pendidikannya. Ia merasa yakin bahwa meski hanya dirinya yang bekerja, ia mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya meskipun secara sederhana.
Beberapa kali kudengar sang suami meminta sang istri untuk segera membuat pengunduran diri. Beberapa tetangga termasuk istriku pun ikut memberi masukan. Kami semua tak tega melihat bocah ini setiap pagi menangis dan meronta. Tapi, apa yang kami dengar saat itu sungguh tak pernah kami bayangkan sebelumnya.
“ Tidak! Saya tidak akan berhenti bekerja. Saya tidak mau hanya menjadi ibu rumah tangga, nanti cepat tua ! “ jawab sang istri enteng, tanpa beban, tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Semula kami mengira itu hanya gurauan belaka, meskipun saat itu tak ada tanda-tanda bahwa dia sedang bercanda. Terlebih bahwa hari-hari berikutnya, sang istri tetap berangkat kerja sementara sang suami harus terus membujuk sang bocah agar mau sekolah diantar tetangga yang kini dimintanya untuk mengasuh sang anak.
***
Menjadi ibu rumah tangga, sebuah profesi yang hanya akan membuat cepat tua! Kata-kata itu yang membuatku geram, juga istriku atau bahkan semua tetanggaku yang mendengar waktu itu. Terlepas dari kodrat, bukankah menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah jihad terbesar yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan yang sudah menikah. Bukankah menjadi ibu rumah tangga adalah salah satu jalan yang bisa mengantarkannya ke syurga.
Menjadi cepet tua, teori dari manakah yang ia gunakan untuk alasan?!. Malah, jika kupikir motivasinya bekerja selama ini tidaklah murni untuk membantu sang suami memperbaiki ekonomi keluarga. Ada motivasi lain yang tentunya menurutnya bisa membuatnya awet muda. Astaghfirulloh, aku tak ingin berburuk sangka, apalagi terlalu jauh memasuki urusan rumah tangga orang lain. Aku hanya merasa bahwa alasan yang dia kemukakan, sangat-sangatlah tidak benar.
Menjadi apapun, entah itu seorang wanita karier, ibu rumah tangga atau pembantu sekalipun, menjadi tua adalah hal yang wajar, bahkan pasti. Terima atau tidak, seiring berjalannya waktu, proses menjadi tua bakal terjadi. Cepat atau lambat, bukan dari profesi sehari-hari, juga bukan dari bahan-bahan kosmetik yang digembar-gemborkan mampu memperlambat proses penuaan. Ada hal yang luput dari pemahamannya, bahwa bagaimana hidup ini, senang susah salah satunya dipengaruhi oleh bagaimana kita menerima dan menyikapi hidup itu sendiri.
Saudariku, aku berharap apa yang terlanjur kau ucapkan, tidaklah seterusnya akan kau jalankan. Aku yakin hati kecilmu menolak perkataan mulutmu. Aku yakin, naluri seorang ibu masih ada padamu, hanya saja ego dan nafsumu masih mengusaimu. Ingat, setinggi apapun penghasilanmu, secemerlang apapun kariermu, dalam rumah tangga kau tetaplah seorang istri yang harus patuh dan taat pada suami, kau tetaplah sorang ibu yang akan diminta pertanggungjawaban atas anak dan keluarga. Buang jauh-jauh dari pikiranmu, bahwa setelah tua suamimu akan meninggalkanmu. Jika itu terjadi, itu bukanlah karena kau menjadi tua, tapi mungkin salah satunya karena kau tak menghormati mereka dan juga tak bertanggung jawab terhadap rumah tangga yang telah kau bina.
Saudariku, aku berharap kau menyadari kekeliruanmu. Turuti perintah suamimu, toh itu adalah perintah yang benar. Pikirkan masa depan anakmu. Selama ini dia sudah mengalah harus terpisah darimu, apakah kau masih tega membuat darah dagingmu sendiri merasa tak memiliki ibu, sementara kau ada, terlihat oleh matanya namun tak pernah menyentuh hatinya. Saudariku, sadarlah………….sadarlah………
****
Dan tadi pagi, sebelum berangkat kerja aku masih mendapati bocah itu merengek bahkan meronta ketika sang bapak membujuknya untuk sekolah. Sementara sang ibu, sudah berangkat ke tempat kerjanya setengah jam yang lalu. Astaghfirulloh…….!