9 Oct 2013

Membangun 'Menara' Sabila #8

Ini bukan soal angka keberuntungan, ataupun sebaliknya, tapi di kampus Dza Izza pondok pesantren modern Daar El Qolam 3, angka satu dan lima ternyata cukup ‘istimewa’ bagi Sabila.

Dulu, di semester pertama, - alhamdulillah- nilai raport Sabila menjadi yang terbaik di kelasnya, tapi di seluruh santri angkatannya, ia hanya menempati peringkat ke lima. Raut kecewa sempat terlihat di wajahnya, namun kejora di matanya kembali cemerlang setelah kuyakinkan bahwa semua itu tidak mengurangi rasa bahagia dan banggaku kepadanya. Terus terang, bukan bermaksud meragukan kemampuannya, melemahkan semangat belajarnya, tapi aku menyadari bahwa persaingan yang harus Sabila hadapi di ponpes modern ini cukup ketat, banyak santri/wati yang mempunyai latar belakang pendidikan dari SDIT, hanya sebagian kecil yang berasal dari SD umum, salah satunya dia.


Kemudian di semester kedua, ketika beberapa teman-temannya yang di semester pertama menempati peringkat sepuluh besar mengalami pergeseran, meski belum bisa meningkatkan prestasi, alhamdulillah Sabila masih bertahan di posisinya. Nilai raportnya masih menjadi yang terbaik di kelas dan di asramanya, tapi lagi-lagi masih di peringkat ke lima untuk seluruh santri/wati angkatannya. Sebuah piagam dan pialapun layak ia terima. Mendung di wajahnyapun perlahan sirna setelah kuingatkan, ”Ketika ada yang menurun peringkat dan nilainya,  kamu bisa bertahan di posisi semula, itu juga sebuah prestasi yang harus tetap disyukuri!”. 

Dan tadi pagi, ketika aku menyempatkan mampir ke pondok untuk mengantar beberapa pesanannya, selembar piagam berbahasa Inggris ia sodorkan. Tak ada tulisan yang menyebutkan peringkat ataupun juara berapa, tapi dari penjelasannya aku tahu bahwa ia baru saja mengikuti kompetisi Spelling Bee ( mengeja kata dalam bahasa Inggris ). Benar bahwa di piagam tersebut tidak tercantum juara ke berapa karena meski dia juara pertama di babak penyisihan ( untuk peserta dari tahun angkatannya ), tapi di babak final ( untuk ketiga tahun angkatan ), ia hanya berada di peringkat ke lima. Satu dan lima, sepertinya dua angka ini ‘masih’ akrab dengannya.

Berapapun nilainya, juara pertama ataupun kelima, tetap saja aku bahagia dan bangga dengan hasil pencapaiannya. Aku menghargai ketekunan belajarnya, kegigihan untuk mewujudkan menaranya. Dan  dua hal yang paling sering kuingatkan padanya adalah; jangan pernah tinggalkan kejujuran, lebih baik nilai bagus tapi dari hasil usaha ( belajar ) murni, daripada nilai jelek tapi dari hasil mencontek, jangan tinggi hati karena di atas langit masih ada langit lagi. Betul? 

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri