Mengapa
kita terjatuh di jalan yang datar, sementara di jalan terjal berliku kita
selamat sampai tujuan? Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah karena kita
kurang waspada, terlena ketika berada di zona aman dan nyaman. Begitupun kehidupan, karenanya janganlah terlena oleh keindahan dan kenyamanan dunia.
***
Seorang
laki-laki terisak memprihatinkan setiap kali ia mengingat istri dan
anak-anaknya. Bukan hanya malu, tapi mereka juga harus menanggung beban hidup
yang tidak ringan. Kenikmatan dan kemewahan hidup yang mereka nikmati selama
ini tiada lagi, bahkan untuk makan sekedar bertahan hidup saja mereka harus
berjuang sendiri. Tak banyak yang bisa ia lakukan, hanya menyesali semuanya
dari balik jeruji tahanan. Karir yang ia bangun dengan segala perjuangan dan
pengorbanan, runtuh oleh tangannya sendiri. Ketika orang-orang mengutuk
korupsi, ia justru menikmati. Kesadaran datang hanya berselang detik dengan
penyesalan.
Seorang
wanita muda tergugu pilu ketika menyadari bahwa laki-laki yang ia cintai telah
pergi meninggalkannya. Bukan karena pihak ketiga, tapi karena ia tak bisa menempatkan
sang suami pada posisi yang semestinya. Apapun yang dilakukan, ia salahkan, ia
rendahkan. Terpilih dari sekian wanita yang ingin menjadi pendamping, membuat
ia terlena, mengira bahwa sang laki-laki tak akan mungkin meninggalkannya.
Terlebih ada hutang budi di antara mereka. Unggul di banyak hal membuat ia terlupa
bahwa meski laki-laki cenderung menggunakan logika, tapi ia juga mempunyai
rasa.
Seorang
siswa nyaris pingsan di hadapan teman-temannya ketika mendapati kata tidak
lulus atas nama dirinya. Sulit dipercaya, peringkat sepuluh besar yang tak
pernah lepas dari namanya ternyata bukan jaminan untuk ia mendapatkan
kelulusan. Kepercayaan diri yang berlebihan mengabaikannya untuk belajar. Ada
yang terlewat darinya yaitu bahwa salah satu sifat yang melekat pada manusia
adalah lupa. Meski sebenarnya ujian sekolah hanya mengulang apa yang sudah
pernah diajarkan, belajar harus tetap dilakukan karena otak kita butuh
penyegaran.
***
Pengalaman
adalah guru yang berharga dalam kehidupan. Seseorang semestinya tidak perlu
jatuh dua kali di lubang yang sama. Kita harus bisa mengambil pelajaran dari
sebuah kegagalan untuk meraih keberhasilan. Namun bukan sebuah ketentuan bahwa
keberhasilan harus diawali dengan kegagalan. Kita bisa belajar dari pengalaman
orang lain, bahkan kita bisa mengantisipasi kegagalan sebelum melakukan. Jangan
pula lupakan bahwa bagian terpenting – dan juga tersulit – dari sebuah
pencapaian adalah mempertahankan.
Jangan
terpesona, jangan terlena oleh keindahan dan kenyamanan dunia. Tetap
pertahankan kehati-hatian dan juga kewaspadaan dalam melangkah. Hati-hati
bukanlah ragu-ragu, pun waspada bukanlah berburuk sangka. Bagaimanapun harus
diingat bahwa ujian bukan saja ketika kita menderita, ditimpa masalah, tapi
ujian juga ketika kita berbahagia. Perlu diwaspadai ketika kita merasa bahwa
hidup kita tak ada masalah, sebab boleh jadi itulah masalah yang sebenarnya.
Berhati-hatilah,
bukan saja saat berada di jalan terjal berliku, tapi di jalan yang datarpun
harus tetap waspada, jangan sampai tersandung, terpeleset dan terjatuh justru
oleh batu, pasir dan kerikil yang kecil.