15 Jun 2012

Jujur Ucapmu, Jujur Lakumu

Sebelum menikah, Fulan dan Fulanah sepakat untuk menjadikan kejujuran dan kesetiaan sebagai pondasi dan tiang rumah tangga mereka.

"Janganlah dirimu berdusta, nanti hatiku berduka," pinta Fulanah manja.

“Aku jamin tak akan ada dusta diantara kita!” Fulan mengutip judul lagu yang pernah populer pada masanya.

Hari berganti, bulan berlalu dan tahunpun begitu. Rumah tangga Fulan dan Fulanah berjalan sebagaimana umumnya. Setidaknya sampai di tahun ketiga, karena tahun berikutnya pemahaman kejujuran di antara keduanya mulai berbeda.



“Kenapa kamu menangis?” tanya Fulan satu ketika.

Tak ada jawaban. Hanya air mata Fulanah yang terus bercucuran.

“Bukankah selama ini aku selalu jujur padamu?” 

Fulanah semakin tersedu. “Bukan, bukan seperti ini yang kumau. Yang kuminta bukan hanya jujur perkataanmu, tapi juga  perbuatanmu." 

Masih berlinang air mata, Fulanah menumpahkan seluruh perasaan yang menyesaki dadanya. Tak pernah ia  menyangka jika selama ini nafkah yang ia terima ternyata bercampur barang haram. Sungguh, ia lebih rela makan sehari sekali dari pada tiga kali tapi dari hasil korupsi.


Jujur dalam ucapan dan juga perbuatan, itu yang diminta Fulanah pada Fulan. Hal ini pula yang kita minta pada pasangan, juga sebaliknya. Sebuah pengakuan tidak serta merta membuat yang halal menjadi haram. Tak terhapus dosa atas maksiat yang dikerjakan hanya dengan mengakui perbuatan.


Tak salah bila Fulanah terluka hatinya tatkala mendengar pengakuan Fulan atas nafkah yang ia berikan. Apalah artinya jujur yang keluar dari bibir bila hati, tangan dan kaki berlaku sebaliknya.


Wahai diri, jujurlah selalu, baik hati, ucap maupun perbuatanmu!


Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri