25 May 2012

Aku; Dulu, Kini dan Nanti

Seperti berkebun apel di tingginya suhu dan polusi kota Tangerang, kalaupun berbuah tentu tak selebat dan tak semanis bila ditanam di daerah yang dingin seperti Malang. Keraguan semacam inilah yang aku rasakan saat hendak memperkenalkan buku Remah-Remah Hikmah kepada rekan-rekan kerjaku. Bukan buku yang istimewa, bukan karya penulis ternama, menjadi beban tambahan dalam memperkenalkan sebuah buku di lingkungan yang tidak memiliki ketertarikan dengan membaca. Kalaupun ada yang mau, barangkali hanya karena tak sampai hati menolak tawaranku.

Keraguan serupa juga aku rasakan saat hendak mendaftarkan diri dalam sebuah lomba bertajuk Book Your Blog yang diselenggarakan oleh Leutika Prio di catur wulan ketiga tahun 2011 kemarin. Mungkinkah blogku yang sederhana dan serba seadanya mampu bersaing dengan blog para senior? Apa yang bisa kuandalkan bila hampir semua isinya hanyalah hal-hal biasa yang cenderung subjektif karena kutulis berdasarkan apa yang ku lihat, dengar dan rasakan serta terlintas dalam angan dan pikiran.


Keraguan yang sama ketika dulu aku mencoba menawarkan hasil belajar menulisku di beberpa situs yang sebelumnya menjadi favorit sekaligus inspirasi pertamaku. Juga keraguan yang kurasakan saat aku menyadari ada keinginan dalam hatiku untuk mencoba menulis.

Jika tak ingat nasihat bijak, jangan pernah menyerah sebelum mencoba, maka tak akan sahabat membuka laman ini, membaca postingan ini.

Beberapa tulisan pertama yang aku buat sempat tertunda lama di draft blog yang kupelajari dari salah satu penulis favoritku. Dan ketika kupublishpun tak seperti yang kuharapkan, tak ada yang membaca dan tak ada pula yang berkomentar. Pun begitu saat aku memberanikan diri mengirimkan beberapa tulisan ke situs lain, hasilnya bisa ditebak. Tidak dipublikasikan, juga tanpa ada pemberitahuan, apa dan dimana kurangnya agar dapat kuperbaiki. Namun itu tak membuat langkahku terhenti. Di atas keyboard jari-jariku terus menari.

Pasti ada alasan mengapa tulisanku tak dipublikasikan, salah satunya karena tulisanku baru sekedar dapat dibaca, tapi masih hampa akan makna. Karenanya aku harus belajar membuat tulisan yang bukan saja bisa dibaca tapi juga kaya akan makna. Dan alhamdulillah, di pertengahan bulan Agustus 2009, tulisan berjudul Tetap Semangat Tanpa Maksiat akhirnya muncul pertama kali di eramuslim.com. Selain memberikan energi yang luar biasa, tulisan ini juga mengantarkan orang  untuk berkunjung ke blogku yang, sekali lagi, sederhana dan serba seadanya.

Setelah tulisan pertama berhasil menembus penyeleksian tim redaksi, maka minimal seminggu sekali tulisan yang kukirimkan kembali dipublikasikan. Tak hanya eramuslim.com ada kotasantri.com dan juga dakwatuna.com yang bersedia menampung hasil belajar menulisku. Alhamdulillah, terima kasih untuk seluruh tim redaksi yang berkenan meloloskan tulisanku walau kusadari tidak semua dari yang kutulis, hanya sedikit saja , yang bisa dirasakan hikmah dan manfaatnya.

Seperti yang kukatakan, energi yang kudapat setelah tulisanku dipublikasikan di eramuslim.com, maka keberanian untuk mengikuti berbagai lomba menulispun muncul. Adalah lomba menulis bertema Berbagi Kisah Sejati yang pertama kali kuikuti. Saat itu keberuntungan berpihak padaku. Meski tak meraih juara pertama, namun sejak saat itu aku semakin semangat mengikuti berbagai lomba yang kini juga sering diadakan melalui jejaring sosial facebook.

Dari sekian banyak lomba menulis yang pernah kuikuti, memang tidak semuanya aku menangi. Tapi ada satu yang membuatku bersyukur sekali yaitu blogku terpilih sebagai satu dari lima pemenang event Book Your Blog yang diadakan oleh Leutika Prio. Itu artinya aku berhak atas piagam, hadiah paket buku serta beberapa tulisan terpilih di blogku akan dibukukan secara gratis, benar-benar tanpa biaya. Alhamdulillah, dan Remah-Remah Hikmah adalah hasilnya.. 

Dulu, setiap aku membaca buku, terlintas dalam benakku, betapa bahagia bila suatu saat namaku tertulis di sampul sebuah buku. Dan kini, mimpiku telah terwujud. Di sampul buku Remah-Remah Hikmah tertulis nama Abi Sabila, juga di beberapa buku antologi lainnya.

Aku sadar, apa yang telah kuraih, bukanlah sesuatu yang luar biasa. Banyak orang yang lebih dulu melakukannya, bahkan karyanya jauh lebih bagus, juga lebih banyak, tapi pencapaian ini menguatkan keyakinanku bahwa; 

Dengan doa dan usaha, serta tawakal setelahnya, insya Allah sebuah mimpi bisa menjadi nyata.
Keyakinan inilah yang kemudian membuatku berani memperkenalkan buku Remah-Remah Hikmah ke beberapa rekan kerjaku. Sudah aku persiapkan hati dan perasaan atas apapun reaksi yang akan mereka berikan, termasuk saat sebagian dari mereka mengerutkan kening saat kukatakan siapa penulisnya, mencari-cari namaku namun yang terbaca adalah Abi Sabila, siapa pula ia?

Jika beberapa toko buku menerapkan aturan membuka segel berarti membeli, maka aturan ini jelas tak berlaku dalam penawaranku. Kepada rekan-rekan kerjaku, kukatakan mereka boleh membaca dulu, jika berkenan, silahkan pesan. Kalaupun tidak ingin beli, karena sudah baca semuanya, tidak masalah. Bukankah satu kebahagiaan tersendiri bila tulisan kita dibaca banyak orang, terlebih bila bermanfaat bagi mereka. Dan tak dinyana, belasan buku langsung dipesan sehingga aku harus order lagi ke penerbit.

Saat ini, mimpiku boleh dibilang telah menjadi nyata, tapi apakah aku tak boleh lagi bermimpi? Jawabannya tentu saja boleh, dan kenyataannya memang aku masih mempunyai banyak mimpi lagi. Apakah aku termasuk para pemimpi? Ya, tapi tidak juga. Apa yang aku angan dan inginkan terkadang memang bagai sebuah mimpi, tapi dengan doa dan usaha, serta tawakal setelahnya telah kubuktikan sendiri semuanya bukan sekedar mimpi tapi menjadi nyata. Dan diantara sekian banyak mimpiku, aku ingin ada buku kedua, ketiga dan seterusnya yang disampulnya tertulis nama Abi Sabila. Saat ini buku kedua sudah mulai aku susun. Semoga Allah memudahkan jalan sehingga dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan. Amin.

Selamat ulang tahun untuk NoormaFitriana M. Zain. Semoga dengan bertambahnya usia, walau berarti pula berkurang jatah umur yang tersisa, keberkahan senantiasa menyertai Mbak Noorma, dan tiada melangkah kecuali mendekat kepada Nya. Amin, insya Allah. Tetaplah semangat, yakinlah bahwa dengan doa dan usaha, serta tawakal setelahnya, sesuatu yang semula hanya mimpi bisa menjadi nyata.



Tulisan ini diikutsertakan dalam GiveAway Cah Kesesi Ayu Tea yang diselenggarakan oleh Noorma Fitria M. Zain.


Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri