16 Feb 2011

Karena Allah Semata

Dingin dan sepi. Hujan yang turun sejak sore masih menyisakan gerimis. Berhenti sebentar, lalu rintik lagi. Bagi Pa’e, dingin dan sepinya malam itu terasa lebih menggigit. Mendadak, hatinya menjadi trenyuh saat Genduk bertanya, dengan siapa ia akan datang di peringatan maulid nabi esok hari.

“ Pa’e, kata Bu Haji, besok di pengajian mau ngadain peringatan maulid nabi “ itulah obrolan pertama mereka malam itu. Awalnya biasa saja, seperti obrolan mereka setiap harinya.

“ Oh, ya? Bagus tuh! Rencananya pengajian bapak-bapak juga akan mengadakan peringatan maulid nabi, tapi minggu depan, bareng dengan pengajian mingguan !” Jawab Pa’e semangat.


“ Pa’e, teman sekolahku bilang katanya peringatan maulid nabi itu bid’ah, tidak ada di jaman nabi dan juga para sahabat? “

“ Ya memang, nabi maupun sahabat tidak pernah melakukan peringatan Maulid Nabi. Tapi tidak berarti ini bid'ah yang bagi sebagian orang langsung menyamakan bid'ah adalah sesat. Tergantung cara  dan tujuannya. Kalau memperingati Maulid Nabi dengan cara mengadakan pengajian, memperbanyak baca sholawat seperti yang biasa kita lakukan, dimananya yang disebut sesat. Masak ngaji, mendengarkan ceramah agama, baca sholawat disebut sesat. Kalau  bid’ah dipahami sesuatu yang tidak ada di jaman nabi, lalu otomatis itu dianggap sesat,  sangat banyak bid’ah-bid’ah yang kita lakukan, kita pakai sehari-hari.

Tidak, tidak sesederhana itu mengartikan bid’ah. Tidak semudah itu mengatakan bid’ah. Bila ada yang mengatakan peringatan Maulid Nabi itu bid’ah, sesat karena tidak dilakukan pada jaman nabi dan para sahabat, biarkan saja mereka mengatakan demikian, jangan dipaksa-paksa, jangan saling tuding, yang akhirnya justru bisa menimbulkan perpecahan. Kalau sampai terjadi, siapa yang akan rugi? Kitalah umat Islam yang akan rugi, berseteru dengan saudara sendiri. Kita jalani saja yang sesuai dengan keyakinan kita. Kita niatkan sebagai ibadah, biarlah Allah yang akan menilainya. “

“ Tapi....aku nda berangkat yo, Pa’e ?” Suara Genduk terdengar ragu, mengejutkan Pa’e.

“ Lho, kenapa? Ini kesempatan bagus, paling tidak untuk menyegarkan kembali ingatan kita pada sejarah nabi kita, nabi Muhammad SAW. Salah dimananya kalau kita mengingat kembali sejarah lahirnya nabi kita sendiri. Kalau ada yang tidak setuju karena kegiatannya yang dianggap menghambur-hamburkan biaya atau bertentangan dengan syariat agama, sebenarnya itu tergantung cara pelaksanaannya, dan yang biasa kita lakukan tidak menyimpang. Kita hanya berkumpul, bersilaturahmi, baca sholawat, mendengarkan ceramah dan terakhir berdoa. Intinya bukan pada meriahnya acara, tapi pada syiar agamanya, ilmu dan hikmah yang disampaikan.“

Genduk tak menjawab. Bukan, bukan Genduk tak tahu akan hal itu, tapi ada satu alasan yang sepertinya Pa’e terlupa, dan Genduk ragu untuk mengingatkannya.

Ngene lho, Nduk. Mendatangi majelis ilmu, majelis pengajian itu besar pahalanya. Sejak kamu meniatkannya dalam hati, malaikat sudah mencatatnya sebagai sebuah amal kebaikan. Ketika kamu melangkahkan kaki menuju majelis ilmu atau pengajian, setiap langkahmu akan menggugurkan dosa-dosa kecilmu. Ketika kamu sampai di sana, kamu akan bertemu banyak orang, ini kesempatan untuk saling bersilaturahmi, menjalin ukhuwah Islamiyah. Kamu tahu kan, menjaga silaturahmi itu diwajibkan, bahkan termasuk salah satu cabang dari iman. Kemudian, selama kamu duduk di sana, malaikat akan mendoakanmu, memohon ampunan untukmu. Dan ketika kamu mendengarkan pengajian dengan seksama, maka kamu akan mendapatkan ilmu dan pahala yang berlipat ganda. Jadi, nda ada alasan untuk kamu tidak datang. “ Panjang lebar Pa’e menjelaskan.

“ Bukan itu masalahnya, Pa’e”

“ Lha, terus opo masalahmu, Nduk?”

“ Pa’e tahu kan, kalau setiap tahun Bu Haji selalu mengadakan peringatan Maulid Nabi dan Isro Mi’roj. Pa’e juga tahu kan, kalau acara seperti ini bukan saja diikuti oleh anak-anak, tapi juga ibu-ibu. Bu Haji menggabungkan anak-anak dengan jamaah pengajian ibu-ibu. Nah, yang jadi masalahku, besok aku mesti datang bareng siapa? “

Pa’e terdiam. Pa’e seolah baru tersadar bahwa setiap tahun, TPA Al-Ikhlas tempat Genduk belajar ngaji setiap sore, selalu mengadakan peringatan Maulid Nabi dan Isro Mi’roj. Genduk benar, selain diikuti oleh santri anak-anak, Bu Haji juga mengundang ibu masing-masing santri untuk mengikuti pengajian ini. Dan jika genduk bertanya dengan siapa ia besok akan datang, ah....sama sekali Pa’e tak terpikir akan hal ini.

Sebenarnya, jauh-jauh hari Pa’e sudah menduga bahwa satu saat, entah kapan, pasti akan tiba waktunya pembicaraan semacam ini, Genduk membutuhkan Bu’e. Dan benar dugaan Pa’e, malam itu telah tiba masanya. Pa’e tidak khawatir bahwa Genduk akan bertanya, kemana dan dimana Bu’e sekarang. Tidak, Genduk paham benar akan hal ini. Ia ada saat Bu’e menghadapi sakaratul maut. Ia juga ada saat Bu’e dimandikan hingga dimakamkan. Sejak saat itu, tak pernah Genduk bertanya tentang Bu’e. Pemahaman Genduk akan hal ini melebihi pemahaman siapapun, teman-teman sebayanya.

Namun meski Pa’e sudah memprediksi bahwa obrolan semacam ini bakal terjadi, kenyataannya Pa’e tidak terlalu siap untuk mengatakan hatinya tak bergetar.

“ Nduk, aku sarankan besok kamu tetap berangkat, jangan sia-siakan kesempatan ini. Lillahi ta’ala saja, jangan karena apa, dan jangan pula untuk siapa, lakukanlah karena mengharap ridho Allah semata. Tak harus dengan Bu’e, Bu Haji pun sudah tahu akan hal itu “

Pa’e berusaha keras, menjaga agar suaranya terdengar biasa. Genduk tertunduk, bergeming.

“ Begini saja. Besok aku minta Bude atau Bulikmu untuk menemani, sekalian biar mereka juga ikut ngaji. Aku yakin mereka mau menemani. Yang penting, kamu tetap datang. Ingat, lillahi ta’ala, karena Allah semata. “

Nggih, Pa’e. Nek ngono, insya Allah besok aku berangkat. Tapi Pa’e jangan lupa kasih tahu Bude atau Bulik ya “

“ Insya Allah “

Sekali lagi, untuk kesekian kalinya Genduk menunjukan ketabahannya. Dan inilah salah satu alasan mengapa Pa’e sanggup menjalani semua ujian dengan sabar dan tegar. 

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri