12 Jul 2010

Kalah Penasaran, Menang Ketagihan

“ Apa? Pa’e mau nonton bola? Apa aku nda salah denger? “ tanya Bu’e sambil merapihkan mukena dan sajadah-sajadah yang baru saja mereka pergunakan untuk sholat tahajud.

Pa’e yang ditanya diam saja. Dijawabnya rasa tak percaya Bu’e dengan menyalakan televisi mungil yang ada di ruang serbaguna mereka. Ruang serba guna milik Pa’e dan Bu’e ini adalah sebuah kamar sempit berukuran 3 x 2.5 yang memiliki multi fungsi. Sebagai ruang tamu, ruang makan, ruang tidur dan melakukan segala aktifitas rumah lainnya, termasuk sebagai garasi motor BMW ( bebek merah warnanya ) Pa’e kalau hari sudah malam.

“ Kalau bu’e ngantuk, tidur saja. Aku juga paling nda tahu bisa sampai selesai apa nda “ kata Pa’e sambil menguap.

“ Sebenernya sih aku pengen tidur lagi, tapi mana bisa aku tidur di pinggir lapangan !” jawab Bu’e sambil ikut-ikutan menguap. Tidur di pinggir lapangan yang Bu’e maksudkan bukan benar-benar tidur di pinggir lapangan bola. Tapi karena kamar tidur Bu’e adalah satu-satunya kamar yang mereka miliki, maka Pa’e pun menonton pertandingan sepak bola melalui televisi di kamar yang sama.

“ Ya sudah, Bu’e bikinin aku kopi dulu biar nda ngantuk “ kata Pa’e sambil meraih bantal dan segera merapatkan badannya dengan tikar lusuhnya.

“ Memangnya yang tanding malam ini mana lawan mana sih Pa’e?” Bu’e l beranjak membuatkan kopi untuk Pa’e.

“ Belanda lawan Spanyol. Ini pertandingan final Bu’e” jawab Pa’e sambil menguap lagi

“ Pa’e njagoin yang mana?” Bu’e menyodorkan kopi tubruk kesukaan Pa’e. Pa’e langsung meraih cangkir dari tangan Bu’e dan langsung menyeruputnya. Sesaat kemudian Pa’e terlihat sibuk membersihkan serbuk kopi yang tertinggal di bibir dan kumisnya yang aduhai.

“ Aku nda njagoin mana-mana. Siapa yang berpeluang memasukan bola ya itu yang ta dukung “ jawab Pa’e sambil nyeruput kopi kentalnya yang tak begitu manis. Pa’e membuka kaleng yang tersimpan di bawah meja tivinya yang sudah reyot. Di kaleng pertama Pa’e hanya menemukan dua lembar kerupuk, itupun kondisinya sudah mengenaskan, keriput, melempem dan mengeluarkan aroma menyegat. Tengik! Di kaleng kedua P’e malah tak menemukan apa-apa, alias kosong. Anda belum beruntung, batin Bu’e sambil menahan senyum, pura-pura serius ke tivi.

“ Pa’e iki piye tho, lah wong nonton bola kok nda ada yang dijagoin, wis mbok ora usah nonton wae “ Bu’e melipat bantalnya agar bisa mengganjal kepalanya lebih tinggi. Ini memang kebiasaan Bu’e juga Pa’e, setiap nonton tivi mereka lebih senang tiduran ketimbang duduk di sofa. Bukan apa-apa, tak mungkin bagi mereka nonton tivi di rumah sendiri tapi duduk di sofa haji Dullah tetangganya. Hihihi…boro-boro sofa, kalaupun ada mana muat dimasukan dalam ruang serbaguna mereka, apalagi ini memang benar-benar nda ada. Nda ada duit untuk membeli maksudnya. Hehehe

“ Pa’e! Pa’e! tadi sore waktu aku beli kopi di warung mbak Yem, bune Genduk sama bune Thole juga lagi di sana. Mereka lagi ngomongin suami-suaminya yang terus-terusan taruhan. Katanya, selama piala dunia kali ini saja, mereka sudah rugi hampir satu jutaan, tapi mereka nda kapok-kapok. Mereka sudah melarang keras suami-suaminya, tapi ya begitu lah, tuntutan para istri tak ubahnya demo-demo rakyat kecil yang dianggap angin lalu “ dengan gaya khas perempuan sedang ngerumpi, Bu’e mencoba mengusir rasa kantuk.

“ Namanya saja judi, yang kalah penasaran, yang menang ketagihan. Pakne Genduk dan pakne thole mungkin baru ratusan ribu, malah ada yang sampai kalah puluhan juta atau kehilangan kendaraan, rumah dan perabot lainnya. Poko’e selama musim piala dunia ini banyak orang yang kaya dan miskin mendadak. Aku denger ini dari temen-temenku “ jawab Pa’e sambil meneplok nyamuk yang tanpa permisi menyedot darah Pa’e, persis para koruptor yang mengambil uang rakyat, nda malu dan nda takut sama sekali.

“ Katanya si Lanang juga taruhan loh Pa’e, cuma kalau dia bukan pake duit. Dia ama teman-temannya taruhan, siapa yang kalah harus nraktir main PS di rumah koh Ahong “. Sepertinya urusan gosip yang lagi hangat beredar di komplek selalu ibu- ibu bagikan, termasuk kepada Bu’e.

“ Mau pakai duit apa bukan, gede apa kecil, iseng atau serius, seru-serun atau sumber penghasilan, tetap saja taruhan itu haram, judi itu dosa. Apapun yang dipertaruhkan, asalkan ada yang untung dan ada yang dirugikan, tetap saja termasuk judi, haram hukumnya. Sayangnya banyak orang yang menganggap kalau hanya untuk hiburan, taruhan tak lagi haram. Aneh, cari hiburan kok dengan bermaksiat, apa nda ada hiburan yang lain “ jawab Pa’e kesal sekaligus prihtin karena banyak orang yang lebih memikirkan keuntungan dan kebahagiaan sesaat dibanding keselamatan akhirat.

Kali ini Bu’e diam saja. Berkali-kali Bu’e menguap sementara Pa’e menepati omongannya. Setiap ada pemain yang akan memasukan bola – dari kesebelasan manapun – Pa’e terlihat semangat, dan menjadi kesal ketika bola gagal masuk ke dalam gawang. Hihihii….penonton yang aneh!. Dan, jika umumnya orang-orang yang menonton bola pada heboh sendiri, maka lain bagi Pa’e. melihat pertandingan bola tak ubahnya melihat film horor Suzzana, sepi mencekam. Hanya sesekali Pa’e menggerak-gerakan kaki dan tangan seperti orang pantomim ketika bola berada di muka gawang. Bu’e jadi geli sendiri melihat tingkah polah Pa’e. Pa’e tidak sadar kalau Bu’e yang sedari tadi lebih banyak melihat tingkah lakunya ketimbang tingkah laku para pemain sepak bola, kini sudah tertidur pulas. Mungkin Bu’e merasa lebih seru melihat pertandingan sepak bola dalam mimpinya. Hihihi

**

Pagi harinya, dari warung mbak Yem Bu’e sudah siap dengan berbagai oleh-oleh buat Pa’e. Bukan onde-onde atau kue bantal kesukaan Pa’e, tapi laporan mengenai kesebelasan mana yang jadi pemenang piala dunia kali ini. Bu’e tahu persis kalau Pa’e belum tahu siapa yang jadi juara. Lah wong babak pertama belum selesai, Pa’e sudah kadung berduet ngorok dengan Bu’e dan baru bangun pas suara azan shubuh berkumandang.

“ Pa’e! Pa’e! Pa’e tahu nda siapa yang jadi pemenang piala dunia kali ini. Aku tahu Pa’e. Tadi ibu-ibu pada ngobrol di warung mbak Yem “ Bu’e mengawali laporannya dengan penuh semangat.

“ Ibu-ibu pada ngomongin siapa yang jadi pemenang piala dunia, apa siapa yang menang taruhan “ jawab Pa’e mematahkan semangat Bu’e yang hendak melaporkan hasil liputannya di warung mbak Yem.

“ Iya sih, sebenarnya ibu-ibu itu pada cerita kalau suaminya pada kalah taruhan “ jawab Bu’e ikut-ikutan lemes. Bukan karena Bu’e kalah taruhan, tapi karena jawaban Pa’e telah meluluh lantahkan skrip yang sudah disusunnya sejak masih di warung mbak Yem. “ Tadi semua ayam di warung mbak Yem diborong bune Thole, katanya untuk merayakan kemenangan tim Spanyol. Kasihan bune Genduk yang tinggal kebagian ikan asin sama sayur asem. Asem bener nasibnya, soale pakne Genduk katanya kalah taruhan “ lanjut Bu’e dengan semangat yang masih tersisa.

“ Astaghfirulloh! Kejam sekali pakne Thole, ngasih makan keluarganya pakai uang haram. Sedikit apapun makanan yang masuk ke dalam perut yang didapat dengan cara yang tidak halal, akan menjadi bara api neraka dan menyebabkan tertolaknya do’a-do’a. Wong wis pada keblinger, mereka yang main bola disana pada sehat, mengapa yang nonton di sini pada maksiat. Wis, mendingan kita Bu’e, biarpun makan dan hidup sederhana, insya Allah halal dan barokah. Aku nda mau memberi nafkah keluarga dengan nafkah yang haram. Nauzubillah !” kata Pa’e mantap.

Dan, pagi itu Pa’e dan Bu’e menikmati kopi dan pisang goreng dengan nikmat. Tak ada beban meskipun piala dunia telah berlalu.

**

“ Assalamu’alikum…….”

“ Waalikum salam! Suara siapa itu ya Pa’e” tanya Bu’e sambil beranjak menuju pintu.

Siapakah tamu yang datang ke kontrakan Pa’e dan Bu’e pagi itu? Tunggu kisah Pa’e dan Bu’e selanjutnya. Insya Allah.

Gambar dipinjam dari sini

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri