8 Mar 2010

Lelaki Pengendara Motor dan Sepeda

Minggu pagi, seperti biasa ( jika tidak ada halangan ) aku, istri dan anakku mengikuti pengajian umum di pondok pesantren Al Istiqlaliyah, di daerah Pasar Kemis, Tangerang. Pengajian umum yang selalu diikuti oleh ribuan jamaah yang datang dari berbagai daerah ini berlangsung sekitar 2 jam, dimulai pukul 08.00 pagi.

Minggu pagi kemarin, saat dalam perjalanan menuju pondok pesantren yang jaraknya kurang lebih 5 kilometer dari rumah kontrakanku, aku mendapatkan pelajaran berharga dari dua orang laki-laki yang sungguh membautku kagum.

Pertama, seorang laki-laki berbadan besar mengendari motor yang juga besar tiba-tiba meminta pengendara motor di depanku untuk menepi. Spontan aku menarik rem untuk memperlambat laju motorku. Seolah aku baru sadar bahwa pengendara motor yang diminta menepi itu adalah tiga orang dewasa dan satu anak kecil yang berboncengan dalam satu motor. Dugaan awalku adalah bahwa lelaki bermotor besar itu adalah polisi yang akan menilang mereka. 

Tapi tebakanku kemudian berubah. Kalau dilihat dari sarung dan baju koko yang dikenakan, pria bermotor besar ini bisa kupastikan adalah jamaah yang akan mengikuti pengajian. Tapi, mengapa tiba-tiba dia meminta mereka yang juga kuyakin jamaah pengajian itu untuk menepi?. Kulihat sang pengendara motor itu menepi, mereka terlihat canggung dan bingung. Pertanyaanku baru terjawab ketika kulihat gerakan tangan lelaki pengendara motor besar itu menawarkan salah seorang dari mereka untuk membonceng di motornya. Perlahan aku melewati mereka. Tak lama kemudian kulihat salah satu dari mereka sudah dibonceng lelaki pengendara motor besar itu, melewatiku. 

Subhanallah! Laki-laki yang baik hati dan memiliki kepedulian yang tinggi. Hal yang jarang ditemui di jalan, seseorang menawarkan boncengan kepada orang lain kecuali jika mereka saudara, saling mengenal, atau karena lelaki yang menawarkan boncengan itu berprofesi sebagai tukang ojek. Dari sikap canggung mereka, dapat kusimpulkan bahwa mereka bukan saudara dan tidak saling mengenal sebelumnya. Mereka sesama jamaah yang tak sengaja ketemu dalam perjalanan untuk mencari ilmu. 

“Alangkah mulia hati laki-laki pengendara motor besar itu, semoga Allah memberkahi hidupnya. Amin”, doaku dalam hati.

Kedua, tak berapa jauh dari kejadian pertama aku melihat seorang perempuan muda dibonceng sepeda oleh seorang laki-laki yang kuyakin itu adalah suaminya. Bisa kupastikan bahwa mereka juga jamaah pengajian yang akan mengikuti pengajian pagi itu. Aku sengaja memperlambat laju motorku untuk sekedar menyapa mereka. 

Setelah posisi kami sejajar, aku baru tahu bahwa diantara mereka ada seorang balita duduk di tengah. Subhanallah! diantara deru motor dan mobil yang hilir mudik, kulihat laki-laki yang umurnya kuperkirakan hanya selisih sedikit diatasku itu mengayuh sepedanya dengan santai. Begitu ringan dia mengayuh sepadanya, bahkan aku sempat menangkap suara tawa riang mereka. 

“ Romantis sekali mereka ya “ kata istriku sesaat setelah kami melewati mereka.

“ Iya, meski naik sepeda mereka tetap bahagia. Tadi sempat kulihat balitanya juga ikut tertawa. Semoga Allah menjadikan mereka keluarga yang bahagia dunia akhirat, meski hanya menggunakan sepeda semangat mereka untuk mencari ilmu tetap membara “ 

“ Amin..” jawab istri dan anakku bersamaan. 

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri