Beribu warna, berjuta rasa,
begituah ketika hati dilanda cinta, dimabuk asmara. Dari cinta, seseorang rela
melakukan apa saja. Demi cinta, seseorang rela dicerca dicela. Karena cinta, seseorang rela dibenci dihina.
Dan untuk cinta, seseorang rela menderita. Begitupun Alex, seorang ahli kimia,
muda dan kaya namun memiliki kekurangan pada fisiknya, yang menyintai Claire,
seorang gadis yang terlahir dari rahim seorang ibu yang demi uang rela menjual
tubuh dan bahkan darah dagingnya.
Cinta dengan berbagai
varian warna dan rasanya, selalu memberi inspirasi untuk merangkai kata menjadi
kisah bermakna. Demikian pula yang dilakukan Adam Aksara dalam buku terbarunya,
Menanti Cinta. Meski akhir ceritanya bisa ditebak, bahkan sebelum menghabiskan
setengah dari bukunya, sesungguhnya tak mengurangi daya tarik buku ini. Bukan
pada akhir cerita, tapi bagaimana sang penulis menyajikan rangkaian kisahnya
karena siapapun tokohnya, kemungkinannya hanya dua, duka atau bahagia.
Meski kisah yang diangkat
dalam buku Menanti Cinta ini hanya rekayasa belaka alias bukan kisah nyata,
namun tetap ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil darinya. Dari kisah
hidup Alex, kita mendapatkan kembali
sebuah keyakinan bahwa Allah menciptakan makhlukNya dengan seadil-adilnya, memiliki
kelebihan sekaligus kekurangan. Dari kisah hidup Claire, kita mendapatkan
inspirasi untuk tetap berupaya dan berdoa, sementara jalan dan akhir ceritanya,
serahkan pada Yang Maha Kuasa. Dan dari
keluarga Claire, kita mendapatkan pelajaran bahwa kehancuran hanyalah soal
waktu bila kita senantiasa memperturutkan hawa nafsu. Dan dari kesemuanya, kita
semestinya menjadi lebih bijak menyikapi cinta yang merupakan anugerah
sekaligus amanah. Jangan atas nama cinta menjadi alasan untuk melakukan segala
upaya padahal sudah terlihat jelas salah dan terlarangnya.
Selain sisipan kisah yang
‘mubadzir’ di halaman 153 - 154, juga penjilidan yang perlu lebih diperhatikan
untuk pencetakan berikutnya, ada dua
masukan bagi sang penulis, Adam Aksara . Pertama mengenai ngambangnya lokasi
yang menjadi latar belakang cerita. Kedua, mengenai pemilihan kata, pemenggalan
kalimat yang sebenarnya bisa dibenahi lagi agar cerita mengalir lebih alami.
Tapi apapun itu, faktanya saya sulit menemukan alasan untuk menutup buku sejak melihat
sampul dan membuka halaman pertamanya. Saya membaca penuh halaman demi
halamannya, dan ini menjadi salah satu bukti bahwa Menanti Cinta memang menarik
untuk dibaca.
Sahabat dan kerabat Abi penasaran, ingin tahu bagaimana Adam Aksara merangkai kisah cinta Alex yang menggebu dan kisah hidup Claire yang pilu dan penuh liku? Segera dapatkan buku Menanti Cinta dengan mengunjungi MozaikIndie Publisher , sekarang juga!
*) kutipan dari halaman 191