26 Mar 2014

[ Resensi ] Menanti Cinta

….kamu menyintaiku, oleh karenanya kamu bersedia tetap di sini. Dan aku sungguh menyintaimu, hingga aku bersedia membiarkanmu pergi. Pergilah! Berapapun lamanya, selama hatimu masih mencintaiku, aku akan tetap ada di sini untuk menunggumu… *)

Beribu warna, berjuta rasa, begituah ketika hati dilanda cinta, dimabuk asmara. Dari cinta, seseorang rela melakukan apa saja. Demi cinta, seseorang rela dicerca dicela.  Karena cinta, seseorang rela dibenci dihina. Dan untuk cinta, seseorang rela menderita. Begitupun Alex, seorang ahli kimia, muda dan kaya namun memiliki kekurangan pada fisiknya, yang menyintai Claire, seorang gadis yang terlahir dari rahim seorang ibu yang demi uang rela menjual tubuh dan bahkan darah dagingnya. 


Cinta dengan berbagai varian warna dan rasanya, selalu memberi inspirasi untuk merangkai kata menjadi kisah bermakna. Demikian pula yang dilakukan Adam Aksara dalam buku terbarunya, Menanti Cinta. Meski akhir ceritanya bisa ditebak, bahkan sebelum menghabiskan setengah dari bukunya, sesungguhnya tak mengurangi daya tarik buku ini. Bukan pada akhir cerita, tapi bagaimana sang penulis menyajikan rangkaian kisahnya karena siapapun tokohnya, kemungkinannya hanya dua, duka atau bahagia.




Meski kisah yang diangkat dalam buku Menanti Cinta ini hanya rekayasa belaka alias bukan kisah nyata, namun tetap ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil darinya. Dari kisah hidup Alex, kita  mendapatkan kembali sebuah keyakinan bahwa Allah menciptakan makhlukNya dengan seadil-adilnya, memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Dari kisah hidup Claire, kita mendapatkan inspirasi untuk tetap berupaya dan berdoa, sementara jalan dan akhir ceritanya, serahkan pada Yang Maha Kuasa.  Dan dari keluarga Claire, kita mendapatkan pelajaran bahwa kehancuran hanyalah soal waktu bila kita senantiasa memperturutkan hawa nafsu. Dan dari kesemuanya, kita semestinya menjadi lebih bijak menyikapi cinta yang merupakan anugerah sekaligus amanah. Jangan atas nama cinta menjadi alasan untuk melakukan segala upaya padahal sudah terlihat jelas salah dan terlarangnya.

Selain sisipan kisah yang ‘mubadzir’ di halaman 153 - 154, juga penjilidan yang perlu lebih diperhatikan untuk pencetakan berikutnya,  ada dua masukan bagi sang penulis, Adam Aksara . Pertama mengenai ngambangnya lokasi yang menjadi latar belakang cerita. Kedua, mengenai pemilihan kata, pemenggalan kalimat yang sebenarnya bisa dibenahi lagi agar cerita mengalir lebih alami. Tapi apapun itu, faktanya saya sulit menemukan alasan untuk menutup buku sejak melihat sampul dan membuka halaman pertamanya. Saya membaca penuh halaman demi halamannya, dan ini menjadi salah satu bukti bahwa Menanti Cinta memang menarik untuk dibaca.

Sahabat dan kerabat Abi penasaran, ingin tahu bagaimana Adam Aksara merangkai kisah cinta Alex yang menggebu dan  kisah hidup Claire yang pilu dan penuh liku? Segera dapatkan buku Menanti Cinta dengan mengunjungi MozaikIndie Publisher , sekarang juga!

*) kutipan dari halaman 191


Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri