19 Jan 2011

Pintu Ajaib Doraemon

Di dalam bus antar kota antar propinsi, kelas ekonomi.

Piye Nduk, seneng nda pulang ke tempat simbah?” tanya Pa’e sambil membetulkan posisi duduknya.

“ Seneng sih, tapi aku males di jalannya. Lama……..” Genduk menjawab sambil menguap. Kebiasaan Genduk, kalau naik bis selalu saja pengen tidur, padahal obat anti mabuk belumlah diminum.

“ Ya pasti lama lah. Jarak lebih dari limaratus kilometer paling tidak harus ditempuh selama sepuluh hingga dua belas jam “ Pa’e ikut-ikutan menguap. Virus ngantuk si Genduk sudah mulai menyebar. Berdua mereka kini mengalami masa ‘inhubasi’, sebelum akhirnya terlelap dalam mimpi.

“ Coba kalau ke rumah simbah ga harus menghabiskan waktu semalaman, pasti enak tuh bolak-balik ke sana “ Suara Genduk terdengar seperti orang ngelindur.

“ Bisa sih sebenarnya !” Sahut Pa’e yang meski belum tidur tapi sudah beberapa kali ngelap iler. Hihihi…

Tenan, Pa’e? Piye carane? Naik kereta yo?” Mata Genduk yang tinggal 5 watt tiba-tiba bersinar terang. Ingin sekali rasanya ia turun dari bis yang penuh sesak plus bau sengak itu.

“ Bukan !“ jawab Pa’e kalem. “ Kalau naik kereta, selisihnya nda seberapa, paling-paling setengah jam saja. Meskipun jalannya lurus, kereta harus berhenti di beberapa stasiun untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Ujung-ujungnya, sampai di rumah simbah yo jam segitu-gitu juga “ Pa’e menambahkan.

Nek ngono, naik pesawat yo, Pa’e ?” Genduk nyeplos, sementara Pa’e mlengos, menyembunyikan senyumnya. Genduk memang suka lebay. Ga usah muluk-muluk,kalau mereka punya duit nda perlu mereka duduk umpel-umpelan di bus yang memanfaatkan angin malam sebagai pendingin ruangannya.

“ Kalau naik pesawat malah lebih repot. Dari kontrakan kita ke bandara, turun di bandara Jogja atau Solo, kita masih harus nyambung lagi dengan bus. Sudah sama lamanya, biayanya mahal nda kira-kira “ Pa’e ngeri membayangkan betapa repotnya bila ia coba-coba nekad pulang kampung naik pesawat. Repot bagi Pa’e erat kaitannya dengan isi dompetnya yang hampir tak pernah gemuk. Hihihi

“ Naik kereta, dudu. Naik pesawat, juga dudu. Lha terus naik opo ?” Si Genduk jadi mangkel.

“ Mau tau ?” Pa’e menggantung kalimatnya.

Meski penasaran, Genduk hanya menangguk saja. Rasa kantuknya perlahan bermutasi jadi rasa suntuk. Suntuk pada Pa’e yang pura-pura tidak ngantuk.

“ Kita bisa pulang pergi ke rumah simbah dengan cepat kalau kita panggil Doraemon, kita pinjam pintu ajaibnya. Begitu kita buka, sampailah kita di tempat tujuan “ Pa’e berbisik di telinga Genduk, seolah-olah yang diucapkan adalah sebuah rahasia yang tak boleh diketahui penumpang lainnya. Serius, Pa’e hanya ingin menggunakan pintu ajaib Doraemon berdua saja. Pa’e takut bakalan repot kalau penumpang lainnya pada tahu, soale kan tujuan mereka beda-beda. Hihihi…..

Genduk tak menunjukan ekspresi apa-apa meskipun Pa’e tertawa terkekeh-kekeh di depannya. Kini lengkaplah sudah kesuntukannya. Penumpang yang penuh, musik yang gedumbrangan gak karuan, bau rokok dan parfum yang susah ditemukan dimana wanginya, ditambah lagi ledekan Pa’e yang bukan saja kekanak-kanakan, tapi juga kebocah-bocahan. Hihihi…

Melihat bibir Genduk maju 2.35 centi, Pa’e segera menghentikan tawanya. Ia paham betul tanda-tanda alam seperti ini. Tidak lain dan tidak bukan, Genduk dalam kondisi mangkel dan Pa’e harus segera mengkonfirmasi ledekannya untuk mengembalikan bibir Genduk pada posisi semula.

“ Hidup ini tidaklah instan, Nduk. Memang, ada beberapa yang instan,seperti makanan dan minuman. Tapi ketahuilah, makanan dan minuman yang instan itu terkadang mengandung zat-zat berbahaya “ Dalam hitungan detik, Pa’e berubah profesi seperti ahli gizi dan makanan. Genduk memberi kesempatan bagi Pa’e untuk mengembangkan bakatnya. Bibirnya masih bertahan di 2.3 centi dari posisi standard.

“ Hidup ini penuh perjuangan, perlu pengorbanan “ Dari makanan dan minuman, Pa’e tiba-tiba berganti peran bagai pemimpin pasukan perang. Hihihi..

” Apa yang sekarang kita lakukan, adalah juga termasuk perjuangan, pengorbanan. Kita ingin silaturahmi dengan simbah, dengan keluarga di kampung, dan untuk bisa sampai kesana kita harus melalui beberapa tahapan, salah satunya ya menggunakan kendaraan seperti yang sekarang kita naiki. Kita tidak bisa tiba-tiba kita sudah berada di satu tempat sesaat setelah kita menyebutkan tujuan yang kita inginkan. Harus ada usaha untuk bisa mencapai ke sana. Juga harus diiringi doa agar kita bisa selamat sampai tujuan. Perkara nanti kita sampai di tujuan lebih cepat atau justru malah terlambat, kita pasrahkan saja sama Allah. Istilahnya kita tawakal”

“ Silaturahmi dengan simbah dan keluarga di kampung itu niat yang baik, naik bis itu usaha yang kita lakukan agar sampai di tujuan, dan kita tadi sudah berdoa agar Allah melindungi kita sampai tujuan. Sekarang mari kita bertawakal kepada Allah, semoga silaturahmi ini nanti akan membawa kebaikan. Jadi kalau menginginkan sesuatu jangan maunya yang instant. Meskipun ada, tapi hasilnya berbeda, tidak akan bertahan lama, juga kualitasnya tidaklah sebaik yang dicapai dengan perjuangan setahap demi setahap. Step by step, istilahe uwong bule. “

Wis, lupakan soal Doraemon dan pintu ajaibnya. Nikmati saja kondisi pengap ini, bagaimanapun kita harus bersyukur karena tidak perlu berjalan kaki menempuh jarak ratusan kilometer. Kita cukup duduk manis di sini, bahkan boleh tidur dan ngiler sepuasnya. Insya Allah besok pagi sebelum matahari muncul, kita sudah bisa melihat senyum simbah “ kali ini Pa’e kembali pada pribadi yang sesungguhnya. 

“ Baik, Suneo! Ups! Maksudku, baik Gian ! Hehehe….” Si Genduk tertawa renyah. Bibirnya kini sudah kembali seperti sedia kala. 

Genduk menguap tiga kali lagi. Yang keempat, Pa’e tak lagi melihat Genduk menguap, tapi Pa’e yakin sekali kalau suara itu adalah dengkuran si Genduk. Pa’e tersenyum memandang wajah polos si Genduk. Pa’e jadi mesem sendiri saat melihat si Genduk mesam-mesem. Barangkali Genduk sedang bermimpi ketemu Doraemon, kucing ajaib dari negeri Sakura yang baik hati dan mau meminjamkan pintu ajaibnya pada Genduk. 

Nduk, tolong bilang ke Doraemon kalau Pa’e pengen merasakan terbang pakai baling-baling bambu” Gumam Pa’e. 

Gubrak!! 

Gambar dipinjam dari sini

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri