25 Dec 2011

Sebelas Patriot: Dibawah Bayang-Bayang Laskar Pelangi?

Seperti dalam enam novel sebelumnya (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Marymah Karpov, Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas ), di novel terbarunya, Sebelas Patriot, Andrea Hirata mampu menyelipkan cerita lucu yang menggelitik diantara kisah mengharukan dengan begitu apik.

Coba saja buka halaman 43, disana Andrea sukses membuat saya terpingkal-pingkal saat membacanya.

Maka, menulis yang sebenarnya sudah bagus dengan tangan kanan,kucoba dengan tangan kiri. Jika naik sepeda, kulepaskan pegangan stang kanan, jadi hanya dengan sebelah tangan kiri saja. Akibatnya, aku tertungging-tungging. Jika tidur miring ke kiri. Sisir rambut kugeser dari belah samping kanan menjadi belah samping kiri. Memukul beduk, memberi makan ayam, memompa lampu petromak, menghapus papan tulis, semua dengan tangan kiri. Mengisi benda-benda hanya di saku sebelah kiri. Jika melirik, hanya dengan mata kiri. Ketika mengaji,aku memegang lidi untuk menunjuk huruf Arab dengan tangan kiri, akibatnya aku kena kepret Wak Haji.
Tahukah kenapa Ikal melakukan semua ini? Karena ia ingin tendangan kaki kirinya menggelegar, seperti tendangan halilintar ayah dulu.

Inilah salah satu alasan mengapa saya selalu tertarik untuk membaca novel-novel karyanya.

Dengan kepiawaian Andrea meramu kisah inspiratif,mengharukan diselingi kisah unik yang menggelitik, novel perdananya, Laskar Pelangi, yang konon terinspirasi dari pengalaman pribadi memang layak meraih prestasi sebagai best seller. Meskipun – menurut saya - prestasi ini sepertinya hanya mampu dipertahankan di sekuel keduanya, Sang Pemimpi, karena sekuel berikutnya, novel-novel Andrea Hirata – lagi-lagi menurut saya – sudah mulai terpengaruh atau cenderung hanya memenuhi selera pasar yang sedang kasmaran, demam Laskar Pelangi ketimbang bertahan pada kemurnian ide utamanya yang inspiratif. Tapi tak apalah, toh disampul novel-novelnya sudah tertulis jelas label ‘sebuah novel’ bukan ‘sebuah biografi’.

Begitupun dengan novel terbaru Andrea ini. Melihat tokoh yang dimunculkan, mau tak mau ingatan kita akan kembali pada Laskar Pelangi. Tapi dari beberapa tokoh dan kisah baru yang tak pernah disebutkan dalam novel-novel sebelumnya , tak salah jika kemudian muncul satu pertanyaan – dalam benak saya, benarkah novel ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi seorang ikal? Jika iya, mengapa seolah terlupa untuk disebut barang sedikitpun dalam novel terdahulunya.

Saya, selaku pembaca setia karya Andrea Hirata justru khawatir, novel ini sebenarnya lebih dikarenakan uporia terhadap persepakbolaan di tanah air yang pasang surut – lebih banyak surut dan kisruhnya - dan Andrea setelah ‘surut popularitasnya’ ingin meraihnya kembali namun tak bisa – belum bisa - lepas dari bayang-bayang Laskar Pelangi.

Tapi terlepas dari semua pendapat pribadi saya tersebut, Sebelas Patriot tetap merupakan bacaan yang sayang untuk dilewatkan karena selain menyegarkan dan juga – cukup - inspiratif. Soal kebenaran kisah di dalamnya, tak perlu diributkan toh di sampul buku ini tidak tercantum label kisah nyata atau sejenisnya.

Catatan;
Tulisan ini sekedar tanggapan saya setelah membaca novel Sebelas Patriot yang juga mengundang tanya di hati saya, karena ketebalannya yang tidak seperti buku Andrea sebelumnya.

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri