7 Jun 2011

Walau Sebentar

Genduk baru saja melangkahkan sebelah kakinya di pintu ketika sekonyong-konyong Pa’e bertanya.

“ Kamu mau kemana, Nduk? ”

“ Mau beli sampul buku di warung Bude“ jawab Genduk.

“ Warungnya di sebelah rumah kan?” tanya Pa’e.

“ Iyo, Pa’e!“ terus terang, Genduk bingung dengan pertanyaan Pa’e.

“ Bukan di kamar sebelah kan ?” Pa’e bertanya lagi.

Kali ini Genduk benar-benar nda mudeng, apa yang sebenarnya Pa’e maksudkan.

“ Ya jelas bukan tho, Pa’e. Kan aku juga mau ke sana !” 

Aneh! Pa’e iki kenapa yo, kok mendadak seperti orang pikun begitu? Genduk membatin.

“ Aku belum pikun kok , tapi kamu yang linglung!” tukas Pa’e.

Genduk kaget. Kok Pa’e bisa tahu apa yang sedang ia pikirkan? 

“ Kalau mau ke warung, kenapa kamu nda ganti baju dulu?” suara Pa’e membuyarkan lamunan Genduk.

“ Cuma sebentar kok, Pa’e “ Genduk membela diri.

“ Eit, tunggu dulu! Sebentar atau lama, kalau keluar rumah kamu tetap harus berpakaian yang rapi dan tertutup. Jangan karena sebentar, lantas kamu memakai baju ala kadarnya sehingga auratmu terlihat orang lain. Setan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyesatkan manusia. Dia selalu siaga bahkan berusaha untuk menjerumuskan manusia, bagaimanapun caranya “ Pa’e menjelaskan maksudnya.

“ Pakailah pakaian yang rapi dan tertutup, sebagaimana kamu akan bepergian ke tempat yang jauh dan dalam jangka waktu yang lama. Kamu tidak tahu kan, di warung nanti akan bertemu siapa? Calon pembelinya bukan hanya perempuan. Ingat, kamu sekarang sudah baligh, harus lebih diperhatikan  cara berpakaian yang benar menurut syariat Islam. Jangan setengah-setengah !“ Pa’e menambahkan.

“ Kamu boleh membuka sebagian pakaianmu hanya ketika di dalam rumah saja, itupun dengan beberapa catatan. Tidak ada laki-laki lain selain mahram, dan kalaupun dia masih mahrammu, kamu harus tetap berpakaian yang layak dan sopan, jangan memakai pakaian yang terlalu terbuka. Jangan beri celah sedikitpun untuk setan menyesatkan kita dengan segala tipu muslihatnya.” panjang lebar Pa’e menjelaskan.

Perlahan Genduk menarik langkahnya.

“ Sekarang ganti dulu pakaianmu. Dan biar kamu nda bolak-balik, sebelum pergi rencanakan apa saja yang nanti akan kamu beli “

“ Nggih, Pa’e. Tapi aku hanya butuh dua buah sampul buku saja “

Genduk masuk ke kamar belakang, mengganti kaos oblong dan celana pendeknya dengan gamis dan kerudung. Sesaat kemudian dia sudah rapi dengan pakaian yang menutupi seluruh auratnya. 

“ Nah, gitu dong! Walaupun sebentar, kalau mau keluar rumah harus pakai pakaian yang rapi dan menutupi auratmu” sekali lagi Pa’e mengingatkan. “Oh ya, kita kan belum makan malam, kamu sekalian beli telur, ya! Nanti aku bikinin menu special.“

“ Menu special? Telor ceplok maksudnya ?” ledek Genduk. Genduk paham betul dengan menu special ala Pa’e. Telur ceplok. Praktis dan bergizi, begitu Pa’e selalu membela diri. Cukup panaskan minyak, pecahkan telur dan taburi garam di atasnya. Tak sampai lima menit, jadi deh! 

“ Ya, tentu saja! Selain memasak air, membuat telur ceplok kan keahlianku di dapur. Hehehe..” Pa’e terkekeh.

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri