“ Terus?” tanyaku sambil memeriksa
hasil pekerjaan rumahnya
“Semua tunjuk jari. Kemudian pak
guru nanya lagi, apa bukti kalau kalian cinta nabi Muhammad saw?”
“ Kalian jawab apa?”
“ Tidak ada yang menjawab, semua
diam. Termasuk aku!”
***
Pertanyaan yang sama, apakah kita
mencintai nabi kita, nabi Muhammad saw? Dengan mantap kita pasti akan menjawab,
ya! Tapi jika ditanya, apa bukti kalau kita mencinta nabi Muhammad saw, maka
terkadang kita seperti anak kecil yang bingung dan membingungkan. Kita bingung
menunjukan bukti kecintaan kita pada sang nabi karena perbuatan kita yang
terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita ucapkan.
Banyak cara dan acara yang digelar
dalam rangka memperingati hari kelahiran nabi Muhammad saw. Apakah ini sebuah
bukti kecintaan kita pada sang nabi? Tentu saja! Begitulah jawaban mereka yang
melakukannya. Namun benarkah ini bukti cinta kita pada sang nabi? Belum tentu
di mata Allah dan sang nabi.
Rosululloh mencontohkan kita untuk
bersedekah dengan harta kita, tapi bukan dengan cara mubazir, menghanyutkan ke
laut misalnya. Untuk apa dan untuk siapa? Bukan pula dengan cara untuk
diperebutkan hingga tak jarang menimbulkan kericuhan.
Rosululloh menyuruh kita untuk
mencari ilmu, meskipun umpamanya sampai ke negeri China. Mengadakan dan
mengikuti pengajian adalah salah satu cara untuk menambah pengetahuan agama
kita. Tapi bukan kemudian mengotori masjid dengan berbagai sampah makanan dan
minuman. Bukan pula dengan melalaikan sholat shubuh lantaran pengajian diadakan
hingga larut malam.
Rosullloh tak pernah memberikan
contoh atau perintah khusus untuk merayakan hari kelahiran beliau. Kalaupun
kemudian ada yang mengadakan berbagai acara dalam rangka memperingati hari
kelahiran beliau, meski sebagian mengatakan itu bid’ah namun sebagian lagi
menganggap acara-acara yang mereka gelar hanya sekedar memanfaatkan momen ini
untuk mengarahkan semangat kaum muslim ke jalur yang benar dan lebih
bermanfaat. Semua tentu kembali bagaimana niat dan tata caranya.
Ada satu hal yang terkadang kita
lupakan, padahal itulah inti sesungguhnya dari momen peringatan hari kelahiran
nabi. Peringatan hari kelahiran nabi semestinya menjadikan kita lebih dekat
dengan sosok mulia beliau. Bukan sekedar menyegarkan ingatan kita akan sejarah
hidup beliau, tapi membangkitkan semangat kita dalam meneladani segala akhlak
dan perbuatan beliau yang sangat mulia.
Jika benar kita cinta nabi,
semestinya kita tahu apa dan bagaimana sosok sang nabi, akhlaknya dan segala
kemuliaannya. Jika benar kita cinta nabi, semestinya akhlak dan perbuatan kita
didasarkan pada contoh yang beliau berikan.
Jika kita cinta nabi, semestinya
ibadah wajib tak pernah kita tinggalkan karena ibadah sunnahpun senantiasa kita
jalankan. Ibadah bukan lagi sekedar kewajiban, tapi kebutuhan. Rosululloh yang
sudah dijamin Allah masuk syurga saja sangat taat dan tekun beribadah, apalagi
kita yang masih berlumur dosa seharusnya memastikan segala tingkah laku kita
menjadi amalan yang bernilai ibadah.
Jika kita cinta nabi, semestinya
kita menjadi orang yang sangat memuliakan orang tua, menghormati tamu dan
tetangga dan menjaga akhlak dalam pergaulan, bukan menganggap orang tua hanya
sebagai beban, tamu atau tetangga hanya akan merepotkan sementara teman hanya
sekedar tempat untuk kita meminta bantuan.
Jika kita cinta nabi, semestinya
kita menjadi orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain, bukan
membesar-besarkan permusuhan, apalagi sampai mewariskan dendam pada keturunan.
Jika kita cinta nabi, semestinya
kita peduli dengan kesusahan yang dialami tetangga kanan kiri kita, bukan
menganggap kesulitan mereka sebagai urusan mereka, diluar urusan rumah tangga
kita.
Jika kita cinta nabi, semestinya
kita menjadi seorang dermawan yang gemar membantu kaum fakir miskin, bukan
dengan mudah memberikan label malas pada mereka tanpa kita memberikan bantuan
apa-apa.
Jika kita cinta nabi, semestinya
kita mengasihi anak-anak yatim, bukan membiarkan mereka dengan anggapan toh
masih ada kerabat yang lebih wajib mengurus segala keperluannya, sementara kita
hanya orang lain yang tak ada pertalian darah dengan mereka.
Kita memang hanyalah manusia biasa
yang tak sesempurna rosululloh, namun kita bisa meneladani beliau sampai batas
maksimal kemampuan kita. Mari kita jadikan momen peringatan maulid nabi ini
sebagai titik awal untuk mengikuti jejak-jejak syurga sang nabi. Mari kita
rubah senandung harian kita dengan shalawat. Sesungguhnya rosululloh tak
memerlukan doa kita, tapi kitalah yang membutuhkan syafaat dari beliau.
Allohumma sholli ala Muhammad ya
robbi sholli alaihi wasalim