Belum sepi ruangan ini dari tanggapan atas beredarnya video perbuatan
mesum yang dilakukan oleh siswa dan siswi sebuah sekolah menangah pertama di Jakarta yang dilakukan di dalam kelas dan disaksikan langsung oleh
teman-temannya, kembali ruangan ini dipenuhi berbagai komentar atas kabar digerebeknya
Fulan dan Fulanah oleh warga di kamar kost Fulan. Astaghfirulloh!
Sulit dipercaya, tapi hampir semua orang
mengatakan demikian. Badan Fulan yang lebam akibat pukulan warga yang emosi
menjadi bukti bahwa hal itu benar-benar terjadi, setidaknya mereka tertangkap
tangan sedang berduaan.
Sulit rasanya untuk menghindar, menutup
telinga dari kabar yang semakin hari semakin berkembang. Bagi sebagian orang,
dua kabar memalukan sekaligus memilukan ini menjadi topik yang selalu menarik
untuk dibicarakan. Fulan dan Fulanah seakan menjadi selebritis dadakan. Ketidakpercayaan
bercampur dengan hujatan, ditambah komentar yang semakin lama terasa berlebihan,
seolah semua yang berbicara menjadi saksi saat peristiwa itu terjadi. Diam,
mencoba mengambil pelajaran dari dua kejadian tersebut adalah hal yang tepat
daripada ikut berkomentar yang hanya
didasarkan pada dugaan dan sangkaan.
Kiamat semakin mendekat, barangkali itulah
kesimpulan yang tepat. Jika ayam tak pernah risih menyalurkan hasratnya di
tempat terbuka, juga kucing yang tak bisa diam saat melihat ikan, itu karena
mereka hewan, hanya memiliki nafsu tapi tak mempunyai akal dan pikiran. Apa
yang mereka lakukan hanya mengikuti instinknya. Berbeda dengan manusia, selain
nafsu manusia juga diberikan akal dan pikiran.
Bukan tanpa tujuan jika Allah
menganugerahkan keduanya kepada manusia. Dengan nafsu, semestinya manusia
menjadi bergairah dan mau berupaya untuk meraih apa yang menjadi tujuan kenapa
ia diciptakan. Dengan akal dan pikiran, semestinya manusia bisa membedakan,
mengontrol dan mengendalikan nafsunya. Ketika akal dan pikiran sudah
ditinggalkan, nafsu diperturutkan, maka dimanakah letak perbedaan manusia
dengan hewan?
Dua kabar yang sepanjang minggu ini masih
terus dibicarakan oleh beberapa orang, membawa sebuah peringatan bahwa setan
tidak hanya menjadi pihak ketiga bagi laki-laki dan perempuan bukan mahram yang
sedang berdua, tapi setan juga menjadi yang kesekian diantara manusia yang
tipis iman. Sasaran setan bukan lagi laki-laki dan perempuan dewasa yang sedang
dimabuk asmara, tapi juga remaja belia yang semestinya sibuk belajar untuk
mempersiapkan masa depannya. Eksistensi, kebanggaan, karena dan atas nama
cinta, serta imajinasi keindahan dan kenikmatan, menjadi senjata
ampuh bagi setan untuk menjerumuskan manusia, tak terkecuali pada mereka yang
masih belia. Senantiasa hati-hati dan waspada, bentengi diri dan keluarga kita dengan
iman agar tidak menjadi korban tipu daya setan yang seringkali terlihat indah tapi
sesungguhnya menyesatkan.