26 Sept 2013

Bakti Seorang Istri

Dalam sebuah obrolan, seseorang pernah bertanya, "Apa pendapatmu tentang rumah tangga yang pendidikan, pekerjaan dan penghasilan sang istri lebih tinggi dari suami?"

"Tidak masalah, selama mereka bisa menjalankan hak dan kewajiban masing-masing dengan baik. Saling menghormati, saling menghargai, saling melengkapi dan juga saling mencukupi."

"Menurutmu, perlu tidak mempertimbangkan calon pendamping dari segi pendidikan, pekerjaan, penghasilan atau bahkan juga penampilan?", cecarnya.

Butuh waktu untuk aku bisa menjawab pertanyaannya. Aku bukan ahlinya, tapi karena dia meminta jawaban, maka kuberikan nasihat seperti yang pernah kudengar di sebuah pengajian.


Saat itu, seorang jamaah bertanya, bagaimana cara untuk meyakinkan orang tua bahwa meski lebih rendah pendidikan dan pekerjaannya, lelaki yang ingin melamarnya adalah yang terbaik untuknya. Bukan rupa, bukan harta, yang membuatnya jatuh cinta. Bukan kemewahan, bukan pula kehebatan yang membuat hatinya tertawan. Sang lelaki hanyalah orang biasa, sederhana dalam arti yang sebenarnya, pendidikannya tak lebih tinggi darinya, juga pekerjaan dan penghasilannya. Satu yang menjadi alasan mengapa ia memilihnya, adalah karena pemahaman dan pengamalan agamanya.

Dengan bijak sang ustadz memberikan nasihat. Dalam memilih pasangan, diantara empat alasan, yaitu rupa, harta, keluarga ( keturunan ) dan agama, maka hendaklah pemahaman dan pengamalan agamanya yang lebih diutamakan. Rupa, harta dan juga tahta bukanlah jaminan sebuah rumah tangga akan bahagia. Namun demikian, pendidikan, pekerjaan, penghasilan bahkan juga mungkin penampilan, sebaiknya jangan sama sekali diabaikan.  Sebab itu juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang membangun dan menghidupi keluarganya serta menjaga keharmonisan rumah tangganya.

Sebelum meyakinkan orang tua, ada baiknya yakinkan diri sendiri dulu bahwa meski pendidikan, pekerjaan, dan juga penghasilan suami lebih rendah, bakti kepadanya akan senantiasa dijalankan. Berumah tangga itu tidak untuk satu dua hari saja, juga tidak seluruh hari-harinya berisi bahagia, berbagai masalah akan datang sebagai ujian. Ada kalanya, mungkin karena tingkat pendidikannya, sang suami tidak bisa menjawab pertanyaan istri, karena pekerjaannya sang suami tak bisa memenuhi keinginan istri, dan barangkali karena rupa serta penampilannya, seorang istri menjadi malu hati. Hal-hal seperti inilah yang harus dipersiapkan, jika hal itu benar terjadi, pastikan tidak akan mengurangi bakti seorang istri kepada suami.

Ketika pilihan sudah dijatuhkan, pastikan bahwa sebagai seorang istri, bersedia untuk senantiasa berbakti kepada suami, walaupun dalam beberapa hal posisi sang istri lebih tinggi. Siapapun dia, apapun pekerjaannya, berapapun penghasilannya, seorang istri wajib berbakti kepada suami. Patuhi, hormati, hargai suami sebagai pemimpin keluarga, syukuri nafkah yang diberikannya. Jaga keutuhan rumah tangga dengan menanamkan keyakinan bahwa yang terbaik adalah suaminya.

Jangan karena pendidikan, seorang istri mengabaikan suami. Jangan karena pekerjaan, seorang istri merendahkan suami.  Jangan karena penghasilan, seorang istri tak patuh pada suami. Dan jangan pula karena rupa ( penampilan ), seorang istri berpaling dari suami. 

Ridho suami adalah yang dicari seorang istri. Karena itu, berbakti haruslah dilakukan meski dalam beberapa hal, ( sekarang ) ia lebih tinggi. Jangan sampai kekurangan suami, baik itu pendidikan, pekerjaan, penghasilan maupun penampilan, menjadi penghalang bagi seorang istri untuk senantiasa berbakti pada suami.

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri