Ya
Allah, jika boleh aku meminta, mohon sepanjang hari esok jangan Engkau turunkan hujan agar acara dapat berjalan seperti yang kami harapkan. Itu adalah satu dari
sekian doa yang Ahmad panjatkan sebelum merebahkan tubuh lelahnya di atas
pembaringan.
Tapi manusia hanya bisa
berencana, berupaya dan juga berdoa, Allahlah yang mengatur, menentukan alur
dan akhir ceritanya. Bila Ahmad berharap hujan tiada turun, maka Allah berkehendak sebaliknya. Rintik hujan mulai turun sebelum Ahmad terbangun oleh suara
Pak Didi yang bershalawat melalui speaker mushola.
Alhamdulillah,
wasyukurillah. Puji syukur atas nikmat dan karunia Mu ya Allah. Semoga hujan
ini membawa berkah bagi kami. Berilah kami kesempatan, agar acara malam nanti terlaksana
sesuai dengan yang kami rencanakan. Di penghujung sholat, Ahmad kembali berdoa.
Sebenarnya, hujan kali ini
– juga kali lainnya - tiada berbeda dari hujan-hujan sebelumnya. Sudah biasa,
memang sedang musimnya. Dan seperti sebelumnya, hujan kali ini juga
sementara, akan berhenti bila sudah saatnya.
Bagi Ahmad, turunnya hujan memang bukanlah bagian dari yang diharapkan
dalam acara, tapi di dunia ini Ahmad bukanlah makhluk satu-satunya, ada makhluk lain yang
mempunyai kepentingan berbeda, bahkan mungkin sebaliknya. Karenanya, tetap
berupaya, berdoa dan berdamai dengan keadaan adalah hal yang bisa dan
semestinya Ahmad lakukan.
Maaf,
saya belum berangkat, di sini masih hujan lebat.
Sebuah pesan singkat Ahmad kirim ke nomor seseorang yang sepagi ini sudah tiga
kali menghubunginya, tapi tak terjawab. Pentingnya acara mengharuskan Ahmad
melakukan beberapa persiapan, walau sesungguhnya acara baru akan dimulai dua belas jam kemudian.
Ahamd berjanji, begitu hujan mulai reda, ia akan segera berangkat menuju
lokasi. Seperti yang disebutkan di awal, hujan ( kali inipun ) adalah biasa dan sementara, sedang musimnya dan
akan berhenti bila sudah waktunya. Ketika hujan menyisakan gerimis, Ahmad
bergegas menuju tempat di mana acara akan diselenggarakan.
Sembilan jam kemudian, hingga
acara dimulai, rintik hujan masih setia menemani. Senyum Ahmad dan orang- orang
di sekelilingnya tetap mengembang. Untuk apa bermasam muka, bukankah hujan di
luar sana adalah biasa dan sementara? Memang sedang musimnya, dan tidak
berlangsung selamanya, akan berhenti bila sudah waktunya. Begitupun yang Ahmad rasakan,
menjadi pusat perhatian baginya adalah pengalaman pertama, tapi tentu saja
bukan hal yang sangat luar biasa, orang lain pernah dan ( mungkin ) akan mengalaminya.
Dan tentu saja semua itu hanya sementara, tidak selamanya. Diujung acara, satu
persatu tamu yang datang mulai berpamitan, lampu serta kamera yang semula merekam
setiap gerak dan langkahnyapun dimatikan.
Ibarat roda, waktu akan
memutar kehidupan kita. Kadang di atas, kadang pula sebaliknya. Suka dan duka,
tangis dan tawa, datang dan bergantian menghiasi hidup manusia. Karenanya,
menghadapi sesuatu jangan berlebih-lebihan, berlakulah sebagaimana mestinya. Sebab apapun yang sedang
kita rasa, adalah biasa dan sementara.
Saat diuji dengan
kesusahan, jangan larut dalam kesedihan. Juga sebaliknya, jangan terlena
saat dicoba dengan bahagia. Jangan berburuk sangka, apalagi berputus asa apabila
ada doa-doa yang belum dikabulkan atau tidak sesuai dengan kenyataan, sebab Allah selalu mempunyai alasan dan juga penjelasan.
Jangan takabur, tinggi hati, merasa diri paling
ketika kejayaan dan kesuksesan berada dalam genggaman, sebab yang seperti inipun
biasa dan sementara. Kita bukan satu-satunya, dan tidak akan selamanya.
Jadi, suka atau duka,
tangis ataupun tawa yang menghampiri kita, jalanilah semestinya. Jangan larut dalam kesedihan, bangkitlah! Jangan lena dalam kebahagiaan, sadarlah! Ingat, bahwa manapun ( rasa
) itu, di dunia ini hanyalah biasa dan sementara, tidak akan selamanya.