9 Aug 2012

Tanda Bintang


Kumandang adzan Ashar terdengar dari mushola saat Fulanah tiba di rumah. Dari raut wajahnya, ia terlihat begitu lelah. Tapi bukan karena itu ia langsung mengurung diri di kamar kostnya. Rasa lelah memang ada, tapi sesal yang mendalam jauh lebih terasa. 

Semua bermula dari spanduk dan poster bertuliskan SALE, BAZAR, DISCOUNT,  dengan tampilan warna dan ukuran huruf  menarik perhatian, yang terpampang di setiap sudut mall yang ia dan rekan-rekannya kunjungi. 

Sebelum berangkat, Fulanah sengaja tak membawa uang tunai dalam jumlah yang banyak kecuali sekedar untuk ongkos dan membeli beberapa kebutuhan saja. Tapi kartu ATM memang tak pernah lepas dari dompetnya. Sayang, seperti biasa, tiba di mall desakan naluri belanjanya tak bisa ia pungkiri. Ia tak ingat lagi nasihat, mata boleh melihat tapi hati jangan turut terpikat. 


Bagai terhipnotis, Fulanah membeli apa yang sebenarnya tak ia perlukan, bahkan dalam jumlah yang berlebihan. Aksinya baru terhenti ketika petugas kasir yang melayaninya mengatakan bahwa saldo dalam kartu ATM yang ia gunakan jumlahnya tak mencukupi untuk melakukan transaksi. Bukan karena batal membeli baju yang membuat dunia terasa runtuh, tapi rasa malu yang harus ia tanggung sungguh membuat Fulanah  nyaris pingsan. Terlebih bila teringat tabungan yang sedianya untuk lebaran, telah habis ia belanjakan, sesalnya makin tak tertahankan.

Tak mungkin kita menyalahkan pemilik toko atau pengelola mall. Mereka memang sengaja memasang poster dan spanduk sedemikian rupa untuk menarik perhatian konsumen. Tidak ada penipuan, begitu pembelaan mereka. Bagaimanapun telah ada tanda bintang di akhir kata atau kalimat propaganda mereka. Ya, tanda bintang kecil dengan tulisan syarat dan ketentuan berlaku yang sering luput dari perhatian, bukan saja karena calon pembeli terlanjur heboh tapi juga dibuat sedemikian rupa, seperti sengaja disembunyikan.

Tanda bintang - *)syarat dan ketentuan berlaku - lazim kita temukan di berbagai media promosi, namun tidak setiap calon pembeli atau konsumen memperhatikan hal ini. Yang terlintas pertama setiap diskon, potongan harga atau apapun nama dan ragam bentuknya, itu artinya pembeli atau konsumen lebih diuntungkan karena harganya lebih murah dan atau yang didapat lebih banyak. Lupa bahwa seperti konsumen, setiap produsen dan pelaku bisnis juga ingin mendapat keuntungan dari hasil usahanya. Karenanya, berbagai upayapun dilakukan termasuk ‘memberi’ potongan harga atau bonus setelah syarat dan ketentuan terpenuhi. 

Jangan berfikir bahwa konsumen selalu untung, bisa jadi kedua belah pihak – produsen/pelaku bisnis dan pembeli- sama-sama untung tapi tidak menutup kemungkinan juga kalau produsen atau penjual yang lebih untung karena selain produk perkenalan, promosi juga sering dipakai untuk menghabiskan stock lama, kurang peminat atau mendekati batas akhir pemakaian untuk produk berkadaluarsa seperti makanan dan minuman.

Benar bahwa beli dua gratis satu, tapi perlu dipertimbangkan apakah kita memang memerlukan barang tersebut hingga harus beli dua demi mendapatkan gratisan satu, tentunya uang yang dikeluarkan juga menjadi double. Begitupun potongan harga sekian persen tidaklah bohong, namun perlu diperhatikan apakah harga barang sebelum diskon adalah harga normal ataukah lebih tinggi dari biasanya sehingga diskon sebenarnya tak mengurangi harga jual pada kondisi normal.

Jangan mudah tergiur dengan segala macam promosi, itu yang selalu saya ingatkan pada diri pribadi. Kalaupun harus ke pusat perbelanjaan, sebaiknya rencanakan apa yang akan dibeli. Ingat, mata boleh melihat, tapi hati jangan turut terpikat. Telitilah sebelum membeli, jangan termakan promosi. Perhatikan apakah ada tanda bintang kecil yang tersembunyi. 

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri