23 Jul 2012

Tahan dan Kendalikan!

Adzan maghrib baru lima menit berlalu, tapi Farid sudah menghabiskan segelas sirup cocopandan, semangkuk kolak pisang, sebatang coklat ukuran sedang dan sebungkus besar snack rasa sapi panggang sudah ada di tangan, siap menjadi santapan berikutnya.

“Tidak harus semuanya sekarang kan, Nak?” tegur Bunda yang sedari tadi memperhatikan. 

Alih-alih menghentikan aksinya, remaja tanggung itu hanya tersenyum. Kan sudah waktunya berbuka, kurang lebih begitu arti seringai di wajahnya.



Tokoh Farid dalam kisah ini memang hanya fiktif belaka, tapi apa yang dilakukannya banyak  ditemui di kehidupan nyata, di sekitar kita.  Bahkan pelakunya bukan hanya anak-anak atau remaja, tapi juga yang sudah dewasa, usianya sudah berkali lipat dari mereka. 

Puasa itu menahan, mengendalikan, bukan menunda.
Ini semestinya, tapi tidak semua begitu kenyataannya. Ketika tiba waktunya berbuka, meski makan dan minum diperbolehkan, lakukanlah dalam batas yang wajar dan normal. Puasa bukanlah sekedar menggeser waktu makan, dari siang menjadi malam. Siang berpuasa, malamnya puas-puasin. Siang ditahan-tahan, malam layaknya orang balas dendam.

Jika Farid dalam kisah ini tak mampu mengendalikan nafsu perutnya, sangat disayangkan bila ada orang yang tak mampu mengendalikan nafsu-nafsu lainnya. Siang berpuasa, tapi bermaksiat di malam harinya. Astaghfirulloh!

Puasa memang dilakukan di siang hari, tapi Ramadhan bukanlah hanya siang, termasuk juga malam. Sayang sekali jika selama dua belas jam lebih menahan lapar dan dahaga  tapi ketika datang waktu berbuka, seolah lupa dengan segalanya. Seperti seorang pendendam yang bertemu setelah sekian lama menunggu. Meski diperbolehkan, tetaplah dikendalikan.

Puasa dikatakan sukses bila membawa perubahan pada sikap dan kepribadian seseorang. Bukan hanya selama sedang berpuasa, semasa bulan Ramadhan, tapi juga setelah itu, setelah berbuka dan di luar bulan Ramadhan.

Ketika puasa dijalankan sebulan penuh, seharusnya cukup untuk mendidik kita dalam menghadapi sebelas bulan berikutnya. Sangat disayangkan jika puasa tak menghasilkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga. Perutnya berpuasa, tapi mata, telinga, tangan, kaki dan hatinya berlaku seperti biasa, menuruti nafsu belaka. Jangankan sebelas bulan berikutnya, sehari-harinya saja tak lebih dari sekedar perubahan gaya hidup, pengalihan waktu dari siang ke malam saja. Astaghfirulloh! Sungguh, semoga kita tidak termasuk golongan yang demikian. Amin.

Mari kita jaga dan hormati bulan Ramadhan yang suci dan mulia ini. Kita manfaatkan bulan penuh barokah dan ampunan ini untuk mendidik diri kita menjadi pribadi yang taqwa. Insya Allah.


Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri