2 Jul 2012

Membangun 'Menara' Sabila #1

Tulisan ini memang tentang putriku, Sabila, tapi bukan semata karena itu aku menuliskannya, melainkan ada hikmah dan pelajaran yang kami petik, bahwa manusia hanya bisa berencana dan berusaha, Allah lah yang menentukan hasil serta akhir ceritanya. Dan sungguh, ketetapan Allah adalah yang terbaik untuk hamba Nya.


Ditemani umi, selepas SD Sabila akan melanjutkan ke SMPN 1 Karanganyar, Kebumen, tempat di mana dulu aku menuntut ilmu. Setelah itu, Sabila akan melanjutkan ke SMEAN Karanganyar, Kebumen ( sekarang SMK ), juga tempat dulu aku menuntut ilmu. Rencana ini sudah disepakati bersama, jauh sebelum Sabila naik ke kelas lima.


Tapi manusia hanya bisa berencana, Allah lah yang menentukan akhir ceritanya. Kejadian di Minggu sore, 10 Oktober 2010 membuat kami merubah semua rencana.

Kenapa tidak dimasukkan ke pesantren? Ini  pertanyaan sekaligus saran yang diajukan salah seorang jamaah mushola Baiturrohiim. Seperti dibukakan mata dan hatiku, muncullah gagasan untuk memasukkan Sabila ke pondok pesantren agar pendidikan agamanya lebih terjamin dan juga kesehariannya lebih terarah. Dan pilihan kami jatuh pada pondok pesantren Daar El Qolam yang beralamatkan di desa Gintung, kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang, Banten.

Manusia mempunyai keinginan, Allah memberikan jalan. Hanya sekali bertanya, Sabila langsung setuju untuk sekolah di sana. Subhanallah, wal hamdulillah. 

Mendapatkan nomor urut pertama, Sabila mendaftarkan diri sebagai calon santri untuk program excellent class di Daar El Qolam 2 pada tanggal 12 Februari 2012. Seminggu kemudian, jauh sebelum ia mengikuti serangkaian ujian di sekolahnya, Sabila mengikuti mengikuti tes ujian masuk ponpes, dan langsung mendapatkan hasilnya, dua jam setelah ujian.


Manusia hanya berusaha, Allah lah yang menentukan hasilnya.
Tanpa dijelaskan apa kekurangannya, Sabila dinyatakan tidak diterima di program excellent class, namun direkomendasikan ke regular class di Daar El Qolam 1. Bisa dimaklumi bila air mata kemudian jatuh dari kedua matanya sebab excellent class adalah impiannya. Terlebih bila mengingat perjuangan kami hari itu. Tiga puluh empat kilometer kami tempuh dengan bersepeda motor, tanpa sedikitpun luput dari derasnya hujan dan juga petir yang bersahutan.  Kelak, perjalanan ini akan menjadi kenangan tersendiri bagi kami.

Bukan hanya Sabila, lebih dari separuh peserta ujian hari itu dinyatakan tidak diterima di program excellent class ( tidak mencapai standard nilai yang mereka tetapkan ), direkomendasikan ke kelas regular dan bahkan ada beberapa yang dinyatakan tidak lulus baik untuk kelas regular maupun excellent. Melalui sebuah pendekatan, akhirnya Sabila bisa berdamai dengan kenyataan.  Masih ada kesempatan, bila terbukti bisa berprestasi, siapapun berhak mengikuti program excellent class saat kenaikan kelas nanti.

Manusia mempunyai rencana, Allah demikian juga. Dan sebaik-baik rencana adalah rencana yang Allah persiapkan untuk hamba Nya. Empat bulan kemudian kami baru menyadari bahwa tidak diterima di Daar El Qolam 2 adalah yang terbaik untuk Sabila. Sungguh, tak terbayang sebelumnya oleh kami yang awam, yang terkadang merasa keputusan Allah tidaklah adil. Astaghfirulloh! Ampuni kami ya Rabb.

Jum’at pagi, 15 Juni 2012, sehari sebelum acara wisuda SD, sebuah panggilan telepon datang dari salah satu staff ponpes Daar El Qolam. Banyaknya calon santri yang berminat mengikuti program excellent class, membuat pimpinan ponpes mengambil keputusan membuka kelas baru untuk program excellent di Daar El Qolam 3. Dan Sabila adalah satu di antara seratus santri yang  direkomendasikan untuk mengikuti program ini. Alhamdulillah wasyukurillah.

Tiada henti bibir dan hati ini bersyukur, terlebih bahwa kami tidak perlu menambah biaya masuk yang selisihnya cukup banyak untuk ukuran kami, mencapai dua juta rupiah. Dengan biaya masuk kelas regular, Sabila dan 99 orang lainnya berhak mengikuti program excellent class. Subhanallah! Untuk kesekian kalinya, kami mendapatkan bukti rencana Allah adalah yang terbaik untuk hamba Nya.

Kebahagiaan yang kami rasakan belum berhenti sampai di sini. Saat acara wisuda dilaksanakan, kekhawatiran bahwa aku tidak mampu mengontrol emosi, ternyata tidak terbukti. Langkah mantap Sabila saat menaiki panggung, suaranya yang tegar menyampaikan pidato perpisahan memberiku satu kekuatan. Keharuan saat itu sangat terasa, tapi kebahagiaan yang Sabila persembahkan jauh lebih terasa. Walau tak kasat mata, kuyakin pemilik mata kejora menyaksikan prosesi wisuda ini, termsuk saat Sabila dan sembilan siswa lainnya didaulat naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan sebagai sepuluh siswa terbaik tahun 2012. Tak ada kata yang sempurna mewakili rasa saat menyaksikan Sabila menerima piala dan sertifikat untuk lulusan terbaik pertama tahun 2012. Subhanallah wal hamdulillah. Terima kasih ya Allah atas anugerah yang indah ini. Selamat dan terima kasih Sabila, untuk kesekian kalinya kau hadirkan tangis bahagia ini. Dan meski kita tak melihatnya, di ‘sana’ almarhumah menatap bangga dan bahagia padamu. Insya Allah.

 


Hari terus berganti, minggupun berlalu. Saat yang ditunggu, namun juga sebaliknya, akhirnya datang juga. Sabtu, 30 Juni 2012 Sabila mulai masuk ke pondok pesantren Daar El Qolam 3, untuk meneruskan pembangunan ‘menara’ ( cita-cita ) nya. Bagaimana persiapan dan saat-saat perpisahan itu akhirnya terjadi, insya  akan saya ceritakan dalam tulisan berikutnya. Tetap, meski masih tentang Sabila, ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik di dalamnya. Insya Allah.

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri