21 Jun 2012

Sesal Di Sana Tiada Berguna


Seorang murid duduk menyendiri, terpisah dari teman-temannya yang tertawa riang bercanda. Ia tetap di sana hingga seorang guru datang dan bertanya, mengapa bersedih, bukankah ia dan teman-temannya  lulus semua?  Pertanyaan serupa yang juga kuajukan pada putriku saat ia bercerita malam itu.

Adalah nilai ujian yang tidak sesuai harapan, jauh di bawah standar untuk bisa masuk ke sekolah favorit  yang membuat sang murid memisahkan diri dari teman sekelasnya. Sesal mendalam yang kini dirasa. Bukan salah sang guru bila pernah mengatakan bahwa seluruh siswa sekolah dasar dijamin lulus karena keputusan kelulusan diserahkan kepada masing-masing sekolah. Ini salah dirinya, mengapa menanggapi ini dengan belajar sekedarnya, tak perlu bersungguh-sungguh, toh sudah dijamin lulus juga.



Sesal yang jauh lebih besar dan mendalam juga akan kita rasakan bila keliru memahami bahwa setiap yang mengucap dua kalimat syahadat, menyakini tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad sebagai rasul Nya, maka ia dijamin masuk surga. Tidak ada sedikitpun keraguan pada jaminan ini,  tapi apakah kelak kita langsung masuk surga atau singgah dulu di neraka, ini yang harus kita upayakan selama hidup di dunia. 

Seperti  yang terjadi pada kisah diatas, seorang murid tidak bisa masuk ke sekolah favorit karena nilai ujiannya tak memenuhi standar yang ditetapkan akibat dari ia tak sungguh-sungguh belajar, maka tak cukup pula kita mengucap dua kalimat syahadat lalu mengabaikan seluruh kewajiban yang menyertainya.

Sang murid memang dinyatakan lulus, itu artinya ia bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, tapi nilai ujian yang didapatnya tak memungkinkan ia masuk ke sekolah yang menjadi pilihannya. Begitupun kita, selama iman masih melekat hingga ajal tiba, maka surga jaminannya. Namun bila nilai ibadah yang kita punya tak mencukupi, tidak bisa langsung masuk ke surga kecuali singgah dulu di neraka. Berapapun lamanya, harus diingat bahwa sebentar di sana sama dengan bertahun-tahun lama waktu di dunia. Astaghfirulloh!

Wahai diri, imani yang enam, laksanakan yang lima. Tidak cukup dengan mengatakan beriman, tapi harus diikuti dengan perbuatan. Menjalankan segala perintahNya, menjauhi segala laranganNya dan meneladani yang dicontohkan rasulNya adalah satu kewajiban. 

Jika sang murid tak bisa lagi mengulang ujiannya, maka kitapun tak bisa minta dikembalikan ke dunia agar bisa beribadah sebaik dan sebanyak-banyaknya.  Selagi masih ada kesempatan di dunia, benahi sekarang, jangan sampai menyesal di akhirat, karena sesal di sana tiada berguna.

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri