30 Jan 2012

Salah Bekal


Teh manis yang kubuat masih mengepulkan asap ketika kulihat Irfan, salah seorang rekan kerjaku  datang. Langkahnya terlihat tergesa-gesa sejak ia membuka pintu, mengundang rasa penasaranku.

“Rapatnya sudah selesai, Fan?” tanyaku ingin tahu.

“Belum,” jawabnya singkat.

“Kok kamu sudah pulang, apa ada yang ketinggalan?” tanyaku makin penasaran. Kulihat ia sibuk membuka beberapa map di atas meja.

“Iya, aku salah membawa bahan laporan” jawabnya sambil terus membolak balik tumpukan map yang semuanya berwarna sama, merah.


Melihat keseriusannya, aku urung bertanya lagi sampai ia menemukan apa yang dicari. Dua menit berikutnya, sambil tersenyum getir ia bercerita bahwa sebenarnya rapat sudah dimulai. Sesuai posisinya di perusahaan ini, Irfan mendapat bagian pertama untuk menyampaikan laporannya. Tapi apa yang akan ia paparkan kalau ternyata ia salah membawa bahan laporan. Big Boss yang siang itu memimpin rapat meminta Irfan mengambil laporan dan kembali secepatnya. 


Hanya sampai di sini Irfan becerita, selanjutnya setengah berlari ia bergegas menuju ruang rapat. Suara sepatunya terdengar jelas saat ia menuruni tangga besi di samping kanan kantor baruku ini.

Salah membawa bekal, itu yang terjadi pada Irfan. Karenanya, ia harus kembali ke ruangan untuk menukar bahan laporan. Karenanya pula, hingga beberapa waktu rapat penting itu ditunda. Beruntung saat itu Big Boss yang memimpin rapat tidak marah, beliau sedang senang hati. Dan beruntungnya lagi,  kesalahan Irfan membawa bekal  masih terjadi di dunia. Seandainya kesalahan membawa bekal ini terjadi di akhirat kelak, sudah tentu tak ada lagi kesempatan untuk kembali ke dunia, menukar apalagi mengumpulkan perbekalan.

Kejadian Irfan salah membawa bahan laporan menggugah kesadaranku. Siapkah aku dengan perbekalan untuk akhiratku? Benarkah bekal-bekal yang kusiapkan adalah yang aku butuhkan di sana? Jangan-jangan bukan saja tidak mencukupi tapi justru aku salah menyiapkan. Astaghfirulloh!

Jangan salah menyiapkan dan membawa perbekalan. Bukan harta, bukan tahta, bukan bagusnya rupa dan bukan pula keluarga yang akan menjadi bekal kita di akhirat kelak. Tapi bagaimana kita menggunakan itu semua untuk beribadah, menggapai keridhoan Nya. Dan satu hal yang jangan sampai kita lupa, jangan terlena dengan perbekalan yang telah dikumpulkan. Apapun yang telah kita siapkan, bisa saja tak terbawa hingga ke akhirat ketika kita berpulang menghadapNya tidak membawa iman dan islam. 

Jadi, kumpulkanlan bekal sebanyak-banyaknya dan pastikan semuanya tidak menjadi sia-sia, berusaha serta berdoalah agar tidak dimatikan kita kecuali dalam keadaan membawa iman dan islam. Semoga kelak ketika kita hadir di persidangan Nya, kita tidak salah membawa bekal karena apapun dan berapapun perbekalan yang kita bawa, tidak ada lagi kesempatan untuk kita kembali ke dunia, menukar apalagi mengumpulkan berbekalan.

*gambar dipinjam dari sini

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri