Dear Pahlawanku,
Apa kabarmu?
Semoga ridho Allah senantiasa menyertaimu.
Pahlawanku,
Mungkin engkau ragu, dan mengira aku salah mengirimkan surat ini padamu. Tapi sungguh, aku tak keliru. Surat ini memang untukmu!
Pahlawanku,
Mungkin pula engkau heran, atau menyangka aku berlebihan dengan menyebutmu pahlawan. Tapi percayalah, aku tak berlebihan. Engkau memang layak kusebut pahlawan.
Bagiku pahlawan tidaklah harus selalu memanggul senjata, gugur di medan laga. Tidak pula harus selalu berdasi, duduk di belakang meja diplomasi. Bagiku engkau juga pahlawan, karena yang kau ucapkan, dan atau yang kau lakukan.
Ketika tulisanmu mencerahkanku, maka engkau pahlawanku.
Ketika ucapanmu mengingatkanku, maka engkau pahlawanku.
Ketika tindakanmu menginspirasiku, maka engkau pahlawanku.
Bahkan, ketika diammu menyadarkanku, maka engkau juga pahlawanku.
Dan apabila mereka berdiri, mengenang dan menghormati pahlawan bangsa ini, dengan caranya sendiri, maka akupun melakukan itu untukmu, namun dengan caraku.
Pahlawanku,
Aku memang tak pandai merangkai kata, bahkan untuk sekedar agar engkau tahu bahwa engkau sangat berharga bagiku. Namun tanpa setahumu, betapa aku sangat membanggakanmu di hadapan Tuhanku. Setiap saat, setiap waktu kupinta pada Tuhanku: kasihilah pahlawanku, sayangilah pahlawanku.
Pahlawanku,
Dimana dan bagaimanapun keadaanmu, kuharap keridhoan Nya senantiasa melingkupimu.
Amiin.
Tangerang, November 2011
“Postingan ini diikutsertakan dalam Kontes Dear Pahlawanku yang diselenggarakan oleh Lozz, Iyha dan Puteri”
Sponsored by :