20 Oct 2011

Lupa: Nikmat Yang Sering Terlupa

Hari yang indah, itu semestinya. Tapi bisa jadi sebaliknya, bila di awal hari seorang suami marah-marah karena sang istri lupa membangunkan lebih awal, padahal rapat penting di kantor akan dimulai pagi-pagi sekali. Atau seorang pelajar harus menerima hukuman, berdiri di depan kelas karena lupa membawa PR nya. Juga seorang atasan yang tidak bisa untuk tidak marah pada staffnya yang lupa mengirimkan email penting kemarin sore, sebelum pulang kerja.

Anda pernah melihat kejadian seperti yang saya tuliskan di atas? Atau bahkan Anda mengalaminya sendiri?

LUPA. Satu hal yang manusiawi. Setiap orang pernah mengalami. Namun tidak setiap orang bisa menyikapi dengan cara yang sama. Kejadian di atas misalnya, bukan sebuah kesengajaan bila seorang istri tidak membangunkan sang suami lebih awal, sesuai permintaanya sebelum tidur. Banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan termasuk menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak membuat ia benar-benar lupa untuk membangunkan suami lebih awal agar datang di rapat kantor tepat pada waktunya. 


Juga bukan karena berani, bila seorang murid tak membawa PR yang sudah ia kerjakan jauh-jauh hari. Bagiamanapun, tatapan tajam sang guru, bentakan bahkan hukuman berdiri di depan kelas adalah hal yang menyebalkan sekaligus memalukan. Demikian pula sang staff, tidaklah mungkin ia mempertaruhkan karirnya dengan sengaja tidak mengirimkan laporan melalui email, seperti yang diinstrusikan atasannya. Semua terjadi karena satu alasan, yaitu lupa. Sayang, meski bukan sebuah kesengajaan, terkadang orang tak mau tahu dan memilih marah sebagai jawabannya.

Terlepas dari semua efek yang ditimbulkan, haruskah lupa ditanggapi dengan marah, marah dan marah? Menurut saya, tidak! Mengapa? Pertama, lupa adalah hal yang lumrah, manusiawi, setiap orang pernah mengalami. Jika saat itu orang lain lupa, maka bukan tidak mungkin kemarin atau besok kitalah yang lupa. Kedua, ini yang sering terlupa bahwa lupa adalah juga sebuah nikmat yang Allah berikan kepada kita.

Tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu sia-sia, tanpa guna. Tidak mungkin! Apa yang ada pada diri kita, sesungguhnya adalah nikmat, termasuk lupa tentunya. Coba bayangkan, bagaimana jadinya bila kita tidak dianugerahi nikmat lupa. Sepanjang umur kita akan tersiksa karena tidak bisa melupakan peristiwa pahit di masa lalu. Atau sepanjang umur kita menjadi malas karena terlena oleh indahnya kenangan di masa silam. Juga kita akan menjadi seorang pendendam karena tidak bisa melupakan kesalahan yang orang lain pernah lakukan. Di sinilah lupa sebagai nikmat yang saya maksudkan, dan ini pula yang sering kita lupakan.

Jadi, tidak seharusnya lupa selalu ditanggapi dengan marah. Lihatlah dulu apakah alasan lupa memang benar demikian adanya ataukah hanya alasan untuk menyelamatkan diri saja. Jika benar-benar karena tidak sengaja, mengapa harus marah-marah? Lumrah, manusiawi, cobalah untuk mengerti. Berikan kesempatan, kepercayaan bahwa ia tidak akan mengulangi apalagi menjadikan kebiasaan. Kecuali kalau selalu lupa, itu mah di sengaja! Yang ini bukan kata saya, tapi kata Bang Haji Rhoma Irama :)

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri