4 Feb 2011

Human Errore

Tak seperti biasanya, pulang kerja Pa’e langsung mandi dan berganti pakaian rapi, siap untuk pergi lagi. Mau tidak mau, Genduk yang sedang nonton tivi jadi curiga, jangan-jangan Pa'e mulai terjangkit puber kedua.

“ Pa’e arep neng ngendi, kok rapi sekali? Hayo....Pa’e janjian yo, karo sopo?” tanya Genduk menyelidik.
Sebenarnya Genduk tak tega menyangka  Pa’e seperti itu, tapi Genduk merasa perlu berjaga-jaga. Hatinya belum bisa menerima apabila ada orang kedua di hati Pa'e, pengganti Bu’e. Bagi Genduk, Pa’e adalah juga Bu’e. 2 in 1, begitu Genduk mengistilahkan. Hihihi....

 
“ Aku mau ke rumah sakit, Nduk. Tadi pagi ada teman kerja yang kecelakaan di jalan, waktu mau berangkat kerja “ Pa’e melirik ke arah Genduk yang kini berdiri di depan pintu.

Bak satpam, Genduk siap mencekal bila ternyata benar bahwa kepergian Pa’e sore itu adalah untuk bertemu dengan seseorang yang nantinya bakal ia panggil Bu’e.

Pa’e sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa pertanyaan Genduk tidaklah selugu kedengarannya, ada kecurigaan terkandung di dalamnya.

Oalah, Nduk-Nduk! Kamu itu masih terlalu belia untuk bisa memahami kegundahan seorang lelaki dewasa normal seperti Pa’e. Hihihihi... "Kamu nda usah khawatir, Nduk. Kepergianku kali ini memang benar-benar mau ke rumah sakit," Pa’e membatin.

“ Inalillahi wa ina Ilaihi roji’un. Bagaimana ceritanya, sampai terjadi kecelakaan? Lalu bagaimana keadaannya dan sekarang dirawat di rumah sakit mana?” Genduk mengajukan sederet pertanyaan bak wartawan.

Dicecar pertanyaan sedemikian rupa, Pa’e malah membayangkan dirinya sedang diwawancara wartawan televisi. Pa’e sempat celingak-celinguk mencari kamera mana yang menyala, tapi ternyata satupun tak ada. Hihihi....

“ Aku juga belum tahu pasti cerita dan keadaannya sekarang. Yang jelas, ia  dirawat di Rumah Sakit Umum. Aku harus segera ke sana sebelum kehabisan jam bezuk “

Pa’e mengambil sepasang sandal dari rak di belakang pintu. Pa’e perhatikan sekali lagi, meyakinkan bahwa sendal yang ia ambil cocok antara kanan dan kiri. Pa’e tak ingin kejadian memalukan saat mengajak Genduk jalan-jalan sebulan yang lalu terulang lagi. Bagaimana Pa’e tidak trauma, Pa’e baru sadar kalau sendal yang dipakainya berbeda kanan dan kiri ketika sudah sampai di parkiran mall. Ternyata, selain tak imut lagi, Pa’e juga mulai terserang kepikunan dini. Hihihi....

“ Belakangan kok sering kita dengar kecelakan, yo Pa’e. Kereta api tabrakan, kapal laut terbakar, dan sekarang teman Pa’e yang kecelakaan “ Genduk jongkok di dekat Pa’e yang sedang menyikat sendal kulit andalannya. Kemanapun selalu sendal itu yang dipakai. Bukan tak ada yang lain, tapi itulah satu-satunya sendal yang masih layak untuk dibawa kondangan. Lho, katanya Pa’e mau ke rumah sakit? Ya maksudnya, selain ke kondangan, ke rumah sakit juga. Hihihi....

“ Itu sudah takdir Allah, Nduk “ singkat jawaban Pa’e, berharap Genduk tak menyita waktunya dengan pertanyaan-pertanyaannya yang sering tak terduga.

“ Kata berita di tv, tabrakan kereta dan terbakarnya kapal laut itu karena human errore. Maksude opo, Pa’e? “

“ Human errore artinya kesalahan manusia. Kecelakaan itu diduga akibat kelalaian atau kecerobohan manusia. Selain takdir Allah, kecelakaan kerap terjadi karena faktor manusianya. Misalnya, karena kelelahan, mengantuk di jalan menyebabkan kendaraan yang mereka kemudikan menabrak pembatas jalan atau kendaraan lainnya.”

“ Juga pengguna jalan yang belum siap dengan teknologi canggih, menelpon atau sms sambil mengemudikan kendaraan. Ini bukan saja berbahaya bagi dirinya, tapi juga pengguna jalan lainnya. Atau ada juga pengguna jalan yang suka kege-eran, mengangap jalan yang dilewati milik nenek moyangnya sendiri. Sudah jelas-jelas nama jalannya berbeda dengan nama kakek neneknya, masih saja kebut-kebutan. Padahal kalau dihitung-hitung selisih waktu yang dihemat sangatlah tidak sebanding dengan resiko kecelakaan yang bisa terjadi.” Tanpa sadar, waktu Pa’e benar-benar tersita oleh pertanyaan Genduk.

“ Lha, kalau kereta api bukane jalurnya sudah khusus, kok bisa terjadi tabrakan? Juga kapal laut, di atas air kok bisa terbakar? ” Genduk merasa penjelasan Pa’e belum mengena pada pokok pembicaraan yaitu tabrakan kereta dan kapal laut yang terbakar.

“ Kalau kasus kereta api bertabrakan, bukan baru kali ini saja terjadi. Cukup sering malah. Entahlah, apa karena petugas di stasiun yang lalai ataukah sang masinis yang tidak mentaati prosedur yang sudah ditetapkan. Nah, kalau kasus kapal laut yang terbakar, bisa terjadi karena hal yang sepele, seperti membuang puntung rokok sembarangan.”

“ Intinya, mau di darat, laut maupun udara, semestinya harus diperhatikan betul peraturan dan prosedur keselamatan yang sudah ditetapkan. Patuh pada peraturan, santun di jalan akan mengantarkan kita selamat sampai tujuan.”

Pa’e sudah selesai menyikat sendal. Sekali lagi Pa’e mengecek sakunya. Pa’e merasa yakin bahwa dompet dan amplop yang sudah ia isi uang untuk meringankan beban temannya, tak ketinggalan.

“ Aku jadi takut pergi kemana-mana, Pa’e. Takut mengalami kecelakaan “ Genduk merinding, teringat sebuah kecelakaan yang tak sengaja dilihatnya beberapa waktu lalu. Seorang pengendara sepeda motor jatuh dan tergilas truk yang melaju kencang dibelakangnya.

“ Lho, ya nda boleh gitu. Kalau perginya kita untuk sesuatu yang diridhoi Allah SWT, kenapa mesti takut. Yang penting, sebelum berangkat kita berdoa, mohon perlindungan sama Allah. Lebih bagus lagi bila kita berwudhu dan sholat sunah safar sebelum melakukan perjalanan jauh. Dan selama dalam perjalanan, usahakan untuk tetap mengingat Allah ,semampu kita. Mohon sama Allah agar dilindungi dari segala musibah, dan juga kejahatan yang kerap terjadi di jalan seperti hipnotis, penjambretan ataupun perampokan. Jika niat kita bepergian sudah benar, berdoa sebelum berangkat, waspada dan berhati-hati, santun di jalan, mentaati peraturan dan prosedur yang berlaku, kemudian musibah masih terjadi juga, percayalah bahawa Allah memang sudah mengaturnya demikian. “

“ Wis yo, aku berangkat dulu. Takut jalanan macet, nanti malah kehabisan jam bezuk. Kamu jangan kemana-mana, di rumah saja, belajar!. Aku tidak lama kok, kalau sudah cukup, aku segera pulang. Kalau kamu lapar, kamu makan saja dulu. Nanti kalau aku pulang, kita makan bareng lagi”

“ Nggih! Titi dj, Pa'e! “ Genduk menyimak semua yang Pa’e katakan. Ia mendekat dan mencium tangan Pa’e.

“ Titi Dj? “ Pa’e celingak-celinguk, mengira ada artis lewat di depan kontrakan mereka yang teletak di tengah pemukiman padat. Hihihihi...Pa’e bukan saja jadul, tapi Pa’e benar-benar nda gaul. “ Kowe mau ngomong opo, Nduk? Kayaknya aku pernah dengar, siapa ya? “

“ Titi dj, hati-hati di jalan!” Genduk nyengir.

“ O...iyo!” Pa’e ikut-ikutan nyengir. “ Kowe ning ngumah dewe, Kris Dayanti Ruth Sahanaya, yo! “ Pa’e segera memakai helm, menyembunyikan senyumnya dibalik helm. Pa’e sengaja meledek Genduk.

“ Maksude?” kali ini Genduk yang bingung.

Hihihih...Lho kok bingung? Bukannya mereka dulu tergabung dalam tiga diva? Memangnya sekarang sudah tidak lagi? Mereka bubaran? Kapan? Hahaha....” Pa’e tersenyum puas karena berhasil mengecoh si Genduk.

Pa’e ketularan errore!

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri