25 Jan 2011

Tak Ada Obat Demam, Anti Nyamuk pun Boleh!

Genduk terpaksa mengurungkan niatnya. Ia tahan kata-katanya demi melihat jari telunjuk Pa’e berdiri tegak di depan bibir. Genduk sangat paham dengan isyarat yang Pa’e berikan. Ia harus diam dan boleh berkata nanti setelah ‘portal’ yang dipasang Pa’e dibuka.

“ Pa’e, ibu-ibu tadi kan mau beli obat penurun demam untuk anaknya yang sedang sakit. Obat demamnya tidak ada, kok lantas beli obat anti nyamuk. Jangan-jangan anaknya mau diracun. Itu sangat berbahaya, Pa’e! Kenapa Pa’e tak mencegahnya? Kita harus segera bertindak, sebelum terlambat!”
Genduk langsung membuka suara begitu portal jari di depan bibir Pa’e diturunkan. 

Genduk sangat cemas, sementara Pa’e adem ayem saja. Genduk tak mengerti, mengapa kali ini Pa’e seperti tak perduli sama sekali.

Melihat Genduk panik, Pa’e justru mesem. Pa’e membayar jajanan yang Genduk ambil, memasukan kembaliannya ke dalam dompet. Pa’e gandeng tangan si Genduk yang masih dalam kebingungan.

“ Benar, ibu tadi memang ingin membeli obat penurun demam untuk anaknya. Tapi kebetulan pemilik warung kehabisan, akhirnya si ibu membeli obat anti nyamuk. Tapi, bukan berarti obat itu akan ia berikan untuk anaknya. Tak mungkinlah seorang ibu tega meracuni anaknya sendiri “ Pa’e tahu apa yang Genduk cemaskan.

“ Tapi, apa hubungannya obat penurun demam dengan anti nyamuk, Pa’e. Aku takut ibu tadi sudah frustasi, dan mencampurkan obat nyamuk itu pada susu anaknya “
Genduk masih terlihat cemas.

Hush! Jangan terbiasa berburuk sangka dulu. Aku tak melihatnya begitu.”

“ Manusia itu tidak hanya memiliki satu keinginan, satu kebutuhan. Banyak sekali keinginan dan kebutuhan. Tapi tidak semua keinginan bisa didapatkan. Tidak selamanya usaha yang dilakukan membawa keberhasilan. “ Pa’e menambahkan. 

“ Untuk suatu tujuan, orang sering membuat rencana B, C dan seterusnya selain rencana A. Kadang kala mereka menjalankan dua atau tiga rencana bersama-sama. Terkadang juga rencana kedua, ketiga dan seterusnya disiapkan untuk mengantisipasi apabila rencana pertama gagal atau hasilnya tidak maksimal. Kasus ibu tadi misalnya. Dari rumah dia ingin membeli obat demam untuk anaknya, juga anti nyamuk untuk keluarganya. Karena obat demam tak ia dapatkan, akhirnya ia membeli anti nyamuk yang juga ia butuhkan.”

“ Jadi, meski akhirnya ibu itu hanya mendapatkan anti nyamuk, bukan berarti itu yang akan ia berikan pada anaknya. Ia akan mencari obat penurun demam di warung lain atau membawa anaknya langsung ke dokter. Menurutku, ibu tadi memiliki planning atau rencana yang cukup rapi. Beberapa kebutuhan bisa ia dapatkan dengan sekali jalan, bukankah itu lebih menguntungkan. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Tentu akan repot sekali bila ibu itu harus bolak balik ke warung untuk membeli satu persatu kebutuhannya, padahal bisa ia dapatkan sekaligus.”

O..ngono tho, Pa’e. sekarang aku wis mudeng. Pantesan juga, ibu pemilik warung tadi nda protes, yo. Jebul, aku sing durung mudeng.”
Jawab si Genduk terangguk-angguk.

Tak ada obat penurun demam, obat nyamuk pun boleh karena itu juga diperlukan. Rencanakan dengan matang sebelum bertindak, bila perlu buat rencana cadangan sehingga bila gagal yang pertama, masih ada rencana kedua, ketiga dan seterusnya. Mengapa harus banyak membuang waktu, tenaga dan juga biaya dengan sia-sia, jalankan saja rencana lainnya. Begitulah pelajaran yang Genduk dapatkan.

*** postingan ini juga sebagai  'pembuktian' atas ilmu yang dibagikan oleh Pak  Marsudiyanto , alhamdulillah berhasil. Terima kasih ilmunya Pak, akhirnya blog ini lebih indah dan berwarna-warni
 

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri