15 Nov 2010

Tegar Di Tengah Badai

Aku baru saja pulang kerja ketika putriku sudah menunggu di depan pintu. Sebuah senyum menghiasi wajah mungilnya. Selembar kertas berwarna putih dia sodorkan kepadaku. Senyum itu semakin mengembang.

Apa ini ?” tanyaku berbasa-basi. Sebenarnya aku bisa dengan mudah mengetahui kertas apa yang putriku berikan. Sebuah piagam penghargaan, ada namanya tertulis disana.

Piagam penghargaan!” jawabnya ceria. Dan dengan penuh semangat iapun bercerita bahwa pagi tadi, saat upacara bendera dia dan beberapa teman dari tingkat kelas yang berbeda diminta maju ke tengah-tengah lapangan untuk menerima penghargaan sebagai siswa berprestasi terbaik untuk ujian tengah semester kali ini. 

 
Subhanallah, ahamdulillah! Satu yang tak biasa. Selama ini belum pernah ada pemberian penghargaan semacam ini. Bahkan untuk ujian semester dan kenaikan kelas sekalipun. Di sekolah putriku, bukan sebuah kebiasaan apabila pembagian raport disertai dengan pemberian penghargaan kepada siswanya yang berprestasi. Paling banter, sebelum raport dibagikan sang guru akan menulis sepuluh nama siswa berprestasi terbaik semester itu. Sayang, bukan karena putriku yang – Alhamdulillah – selalu berada di nomor pertama, tapi sesungguhnya sekecil apapun apresiasi dan penghargaan yang diberikan mampu memberikan semangat dan dorongan belajar yang dahsyat.

Belikan bingkai ya “ suara cerianya membuyarkan lamunanku. Aku mengangguk dengan mantap. Subhanallah, aku mensyukuri anugerah ini. Jika anak lainnya, barangkali meraih prestasi seperti ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan ‘apapun’ yang ia inginkan. Tapi tidak dengan putriku, dia hanya minta agar piagam itu dibingkai dan di pajang di ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang makan dan kamar tidur bila malam. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Engkau berikan kepadaku anak yang bukan saja menyejukan mata memandang, tapi juga menentramkan hati yang gundah.

Menerima piagam penghargaan, bagiku merupakan anugerah yang harus disyukuri dibanding dibanggakan. Ini sebuah hiburan yang Allah berikan, terutama dalam kondisi yang kami hadapi saat ini. Rasa duka dan kehilangan yang kerapkali datang dan pergi, sedikit terobati.

Yang membuatku lebih terharu, ujian tengah semester kemarin dia jalani ketika cobaan besar sedang kami hadapi. Aku ingat betul untuk dua pelajaran pertamanya, PKN dan Agama, putriku belajar sambil membezuk almarhum ibunya di tempat pemondokan. Juga hari-hari berikutnya dia belajar sendiri, sementara aku menjawab apa yang tak dia pahami sambil mencuci. Subhanalllah! Terima kasih ya Allah. Bimbing hamba untuk tetap menjadi ayah yang terbaik untukknya. Beri hamba kemampuan untuk membimbing, mengarahkan, melindungi dan memberikan apa yang ia butuhkan.

Dan selembar kertas bertulis namanya yang kini terbingkai warna emas di kamar sempit kami cukuplah menjadi saksi sekaligus bukti bahwa putriku mampu tegar di tengah badai. Subhanallah! Alhamdulillah! Allohu Akbar!

……. Di balik kesulitan ada kemudahan, dibalik ujian ada pertolongan dan dibalik duka ada kebahagiaan, bagi siapa yang mampu mempertahankan kesabaran………

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri