26 Jul 2010

Matang Sebelum Masanya

Bu’e sedang membereskan piring dan gelas bekas sarapan pagi mereka ketika di televisi mungil yang baru disetel Pa’e muncul seorang selebritis yang sepertinya dikenal Bu’e dengan baik.

“ Tunggu Pa’e, jangan diganti dulu !“ cegah Bu’e saat melihat gerekan Pa’e yang akan mengganti saluran televisi. Jari telunjuk Pa’e tinggal berjarak dua centi dari tombol di televisi mungil mereka yang remote kontrolnya entah dimana. Sejak tombol-tombol remote itu tak lagi menuruti keinginan jari-jari Pa’e dan Bu’e, nasib sang remote layaknya gelas retak, tak disentuh bahkan dilihat dengan mata terpejampun tidak. Hihii. “ Itu kan artis cilik waktu kita masih SMP dulu! iyo kan Pa’e” Bu’e tiba-tiba bersemangat seakan sosok yang sedang diwawancarai di televis itu adalah kawan lamanya.

Tanpa meminta persetujuan Pa’e terlebih dahulu, Bu’e pun menyanyikan sebuah lagu. Sepertinya lagu itu yang dulu dinyanyikan oleh sang artis. Pa’e merasa akrab dengan lagu itu namun tentunya bukan dengan suara yang kini didengarnya. Suara Bu’e, kalau Pa’e berani mengatakan jujur , lebih merdu saat diam. Hihihi.. Tapi untuk hal seperti ini, pesan pak ustadz untuk menyampaikan kejujuran meski terdengar pahit, lebih baik tidak diikuti Pa’e. Lebih baik diam daripada Bu’e mengganti lagu dengan omelannya.

“ Anak-anak jaman sekarang cepat besar ya Pa’e” Bu’e menyelesaikan lagunya tepat ketika sang artis selesai di wawancarai.

Ya cepat besar lah, wong dikasih makan. Pa’e membatin. Tak mau melewatkan kesempatan, Pa’e segera mengganti saluran tivi, mencari saluran yang masih menayangkan berita. Pa’e merasa heran dengan televisi-televisi yang begitu ‘ngotot’ menayangkan acara gosip sepagi itu. Pa’e menduga orang-orang saban pagi muncul dengan gosip-gosipnya tidak bisa tidur semalaman hanya untuk mengobral gosip terbarunya. Yang bikin Pa’e geregetan, senyum para pembawa acara itu loh yang terkadang seperti orang tak berdosa. Tertawa di atas tangisan orang lain. Huh! Sekarang kalian bisa tertawa menggosipkan orang, satu saat mungkin kalian yang akan menangis karena digosipkan! Pa’e membatin kesal. Pa’e lupa kalau apa yang Pa’e batin itu kini sudah benar-benar terjadi. Ups! Ini termasuk nggosip nggak yah?

“ Anak-anak cepat besar itu malah bagus, itu artinya mereka sehat. Cukup makan dan cukup gizi “ komentar Pa’e setelah Bu’e selesai merapikan piring dan gelas bekas sarapan mereka. “ Yang mengkhawatirkan adalah anak-anak matang sebelum masanya “ lanjut Pa’e

“ Maksudnya ?” tanya Bu’e benar-benar belum mengerti apa yang Pa’e ingin bicarakan, bukan sekedar agar perbincangan ini tidak berhenti di tengah jalan. Kalau berhenti minggir dulu, jangan di tengah jalan! Nanti keserempet mobil! Hihihi…

“ Ya, seperti yang kita lihat di berita-berita. Banyak anak-anak usia remaja yang tiba-tiba melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang dewasa dan berumah tangga. Pergaulan bebas, seks bebas, pemerkosaan oleh dan terhadap anak-anak dibawah usia, itu kan sangat menghawatirkan. Anak-anak seperti hasil karbitan, matang sebelum masanya. Kualitasnya rendah dan akhirnya ya cepat busuk “ suara Pa’e terdengar prihatin.

Bu’e tak memberikan komentar, bukan karena tak hafal naskah, tapi karena tak ada dialog yang harus diucapkan. Hihihi…sinetron kali!

“ Sayangnya, perilaku tak bermoral anak-anak di bawah usia itu justru diilhami oleh orang-orang dewasa di sekitar mereka” Pa’e melanjutkan.
Siaran berita di televisi berganti menjadi sebuah dialog dengan narasumber tentang anak. Sang pembicaranya adalah Pa’e dan pendengarnya adalah Bu’e. acara ini ditayangkan di depan tivi yang sibuk mempromosikan barang dagangan yang tak berhasil menarik minat Pa’e dan Bu’e untuk mencoba produk mereka.

“ Aku pernah mendengar cerita dari seorang teman, tentang anak tetangganya yang masih sekolah di TK. Pulang sekolah, dia dan teman-temannya berniat melihat film kartun melalui vcd playernya. Ketika tivi dan vcd dinyalakan, apa yang mereka lihat. Tayangan orang dewasa yang sedang melakukan adegan intim. Dalam kebingunan, mereka memanggil sang ibu yang saat itu sedang memasak di dapur. Rupanya, sang ayah lupa mengeluarkan vcd porno yang habis ditonton malam sebelumnya. Astaghfirulloh!” Pa’e bercerita sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sementara Bu’e terlihat tegang dan prihatin.

“ Atau juga ada anak yang mendapati hp sang ayah yang tertinggal di meja. hp yang biasanya tak lepas dari tangan sang ayah segera diambil sang bocah. Ini kesempatan untuk main game, begitu pikirnya. Bosan bermain game, sang bocah iseng-iseng membuka fasilitas lain. Apa yang kemudian terjadi? Sang anak melihat tayangan video mesum di hp sang ayah. Ataghfirulloh!” Pa’e mendesah. Suaranya berat, menandakan keprihatinannya pada fakta memalukan dan memilukan ini.

“ Gambar-gambar porno dalam majalah dewasa, bacaan novel-novel dewasa, apa jadinya bila sampai ke jatuh tangan anak-anak yang masih belia. Yang lebih memprihatinkan lagi, aku pernah mendengar cerita. Aku rasa ini nyata, karena banyak sekali yang membicarakannya. Karena kecerobohan orang tua, kegiatan ‘dewasa’ suami-istri mereka disaksikan oleh sang anak yang tidur satu kamar dengan bapak ibunya. Tak dapat di rem, sang anakpun membagi cerita apa yang dilihatnya kepada orang lain. Astaghfirulloh! “ Kali ini Bu’e yang terlihat menahan nafas, dadanya terasa sesak mendengar cerita-cerita ini.

“ Semestinya, para orang tua lebih berhati-hati menjaga dan memantau perkembangan moral dan mental sang anak. Bukan bagiamana cara menyimpan yang aman, tapi jangan sampai memiliki dan menyimpan benda-benda atau apapun yang hanya akan merusak moral, baik moral anak maupun moral dirinya sendiri. Urusan moralitas bukan hanya untuk anak-anak, tapi juga orang dewasa dan para orang tua. Sayangnya, masih ada orang tua yang tak berfikir sampai ke situ. Mereka hanya menuruti nafsu, celakanya tanpa mereka sadari telah meracuni anak-anak mereka juga. Kasihan sekali anak-anak bangsa ini, moral mereka dirusak anggota keluarganya sendiri “

Lama berdiam diri, Bu’e akhirnya memberikan tanggapan

“ Kekerasan pada anak-anak juga masih sering terjadi, dan pelakunya adalah anggota keluarganya sendiri. Terkadang ibunya, bapaknya, kakak atau adiknya, atau paman dan bibinya. Anak sering dieksploitasi untuk kepentingan orang dewasa dalam keluarganya. Anak-anak gelandangan, putus sekolah mudah kita temui di jalanan kota-kota besar. Pemerintah yang semestinya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan mereka, buktinya hanya bisa mengatasi sebagian kecil saja. Jauh lebih banyak yang belum tersentuh penanganan pemerintah. Entah pemerintahnya yang lemah, atau jumlah anak-anak terlantar yang terlalu banyak. Kasihan melihat anak-anak yang tumbuh besar di jalanan, akrab dengan hidup yang keras dan kasar. Kemanakah para orang tua mereka? Ada, bahkan terkadang merekalah yang sengaja menjadikan anak-anaknya seperti itu. Astaghfirulloh “

“ Beberapa hari yang lalu bangsa ini memperingati hari anak nasional, tapi rasanya hal ini lebih banyak masih terlihat seremonial belaka. Bahkan sepertinya banyak orang tua yang tak peduli akan hal ini. Banyak kekerasan menimpa anak-anak di hari yang semestinya mereka bahagia dan mendapat perhatian dari orang tua, lingkungan dan pemerintahnya. Paling tidak mereka bisa merasakan itu sehari saja, saat orang menyebutnya hari anak nasional “

Secara kompak, tanpa ada aba-aba satu, dua dan tiga, Pa’e dan Bu’e mengusap bulir air mata yang menggenang di ujung dua mata mereka.

“ Semoga melalui peringatan hari anak nasional, semakin banyak orang tua yang sadar bahwa tak ada orang tua yang tak bermula dari anak-anak. Apa yang anak-anak sekarang inginkan adalah sama dengan yang dulu mereka harapkan. Perhatian dan kasih sayang, jelas lebih berarti dibanding harta. Menunaikan kewajiban orang tua terhadap anak, itu seharusnya. Memenuhi hak anak dengan bijak, itu semestinya “ Pa’e menambahkan.

Bu’e mengangguk, suaranya terhenti di tenggorokan. Ada keharuan dan kesedihan mendalam bila melihat kenyataan anak-anak bangsa. Mereka adalah generasi penerus bangsa ini, sudah semestinya kita peduli. Kita orang tua, seharusnya lebih bijak dari mereka, tahu apa dan yang mana yang terbaik baik mereka, bagi masa depan kita semua.

Selamat hari anak nasional! Anak-anak bangsa, kami sayang kalian! Semoga ini bukan hanya sebatas slogan.

Gambar dipinjam dari sini

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri