5 Jul 2010

Antara Pejabat Dan Penjahat


Malam itu Pa’e dan Bu’e sedang nonton di ruang serbaguna. Serbaguna di sini bukan sebuah ruangan berukuran luas atau aula yang biasa digunakan untuk acara pertemuan atau hajatan warga. Ruang serbaguna Pa’e dan Bu’e adalah sebuah ruang berukuran 3 x 2.5 meter yang biasa digunakan sebagai ruang tamu sekaligus ruang makan, tidur dan melakukan aktivitas lainnya. Ya, ruang serbaguna Pa’e dan Bu’e adalah kamar kontrakan sempitnya. Dan, acara yang ditonton bukanlah acara konser ataupun pertandingan sepak bola di layar kaca segede layar tancap. Di televisi Pa’e dan Bu’e yang mungil, pertandingan sepak bola sama jarangnya dengan acara sinetron. Pa’e nda suka sepak bola dan Bu’e terpaksa nda suka sinetron karena Pa’e melarangnya.


Pa’e dan Bu’e senang nonton acara berita ketimbang berita acara ( menurut mereka berita acara erat kaitannya dengan penjara.Hihihi ). Meski terkadang dibuat puyeng oleh berita yang ditayangkan, namun Pa’e dan Bu’e kompak dan sepakat menonton acara yang terkadang diberi label BO: Bimbiingan Orang Tua itu ( Bagi Pa’e dan Bu’e, BO diartikan bahwa acara ini adalah acara untuk orang yang sudah tua karena sifatnya yang membimbing, atau terkadang mereka memahaminya sebagai kesempatan untuk membimbing pasangan masing-masing yang notabene sudah tua. Hehehe ) Pa’e, nda nyangka ya kalau si Y itu korupsi juga ya?” Bu’e mengomentari berita yang sedang ditayangkan sambil berbaring manja di samping Pa’e. Ini memang kebiasaan Bu’e menonton televisi sambil berbaring santai di depannya. Romantis? mungkin, tapi yang jelas bukan karena tak betah duduk di sofa, tapi di ruang serbaguna mereka memang tak ada sofa. Boro-boro sofa, jika malam ruang sempit itu harus mereka gunakan juga sebagai garasi motor BMW ( bebek merah warnanya ) Pa’e.

“ Begitulah pejabat yang tidak memandang jabatannya sebagai anugerah sekaligus amanah. Pejabat seperti itu bukan memikirkan kepentingan rakyat, tapi memikirkan cara bagaimana menjadi penjahat yang hebat. Ya, terkadang pejabat itu berarti penjahat hebat. Korbannya bukan satu atau dua orang, tapi ratusan juta orang “ jawab Pa’e sambil membelai rambut Bu’e, lebih tepatnya menyingkirkan rambut apek Bu’e yang menyeberang ke muka Pa’e. Beruntung aksi Pa’e ini tak disadari Bu’e yang justru merasa sedang dimanjakan Pa’e.Hihihi

“ Apakah pak Y ini bakal masuk penjara, seperti pencuri dan perampok yang ketangkap ya Pa’e” Bu’e bertanya seakan baru melihat berita di negeri ini saja.

“ Yah, penjara itu kan namanya. Tapi ya jelas berbeda dengan penjara-penjaranya maling ayam atau jemuran. Penjara untuk kasus-kasus seperti pak Y malah lebih bagus dari hotel dan penginapan. Kamar mandinya saja mungkin lebih bagus dari kamar ini “ Pa’e menjawab sambil memperhatikan ruang serbagunanya yang memprihatinkan. Sempat terbersit dalam hatinya untuk menjadi koruptor agar bisa tinggal di kamar yang mewah. Tapi, apa yang bisa dikorupsinya ya? Dan kalaupun bisa, Pa’e termasuk salah satu dari makhluk bumi yang mengutuk perbuatan korupsi. Siapapun, dimanapun, apapun dan berapapun jumlahnya. “ Itu kalau kasus mereka benar-benar ditangani. Lah seringnya kan ya mandeg begitu saja. Paling-paling seminggu dua minggu kasusnya ditayangkan di televisi, selebihnya ya nda ketahuan.” Lanjut Pa’e.

“ Prosesnya tidak dilanjutkan sampai ke pengadilan ya Pa’e” tanya Bu’e sambil mencari harta karun yang masih tersangkut di indra penciumannya.

“ Entahlah, tapi yang biasanya sudah disusul kasus baru lainnya. Kan selain sinetron, negeri ini terbilang produktif kasus. Selalu saja ada kejahatan yang terbongkar,konspirasi yang terungkap, kebejatan yang terekspose. Apa nda ada lagi kebaikan yang bisa ditampilkan di media massa, atau media massanya yang sudah tidak tertarik lagi pada berita semacam itu” jawab Pa’e mengikuti jejak Bu’e. Pa’e dan Bu’e memang pasangan yang kompak, sampai-sampai urusan yang satu ini mereka suka bahu membahu.Hihihi

“ Sebenarnya koruptor itu penjahat yang jadi pejabat atau pejabat yang jadi penjahat sih? “ Bu’e bertanya dengan nada ala presenter kondang di televisi news dan sport yang sedang mereka tonton.

“ Ya nda tahu Bu’e, lah wong aku belum pernah jadi dua-duanya je.” Jawab Pa’e sambil nyeruput kopi yang tinggal ampasnya saja.

“ Kalau suruh milih, Pa’e lebih memilih mendengarkan pejabat atau penjahat ngomong” tanya Bu’e. Bu’e melirik ke arah Pa’e yang masih sibuk membersihkan ampas-ampas kopi yang menyangkut di kumisnya.

“ Bisa pejabat, bisa penjahat. Tergantung apa yang diomonginnya “ jawab Pa’e sambil mencomot pisang goreng setengah mateng. Setengah mateng? Ya, karena Bu’e nda sabar menunggu pisangnya mateng dulu, maka Bu’e berinisiatif menggoreng pisang mengkalnya agar mateng. Hihihi ide Bu’e memang terkadang unik. Soal rasa nomor dua, yang penting judulnya matang saja.

“ Loh kok omongan penjahat di dengerin?” tanya Bu’e sambil minta disuapin Pa’e. Terkadang Bu’e memang bertindak kekanak-kanakan. Biar romantis, itu selalu senjata Bu’e untuk membungkam Pa’e yang kerap ngedumel dengan ulah Bu’e.

“ Jangan lihat siapa yang ngomong, tapi lihat apa yang diomongkannya tho Bu’e. Sekalipun pejabat, kalau dia ngomong korupsi itu halal, ya nda usah didengerin dan jangan diikuti. Jelas-jelas salah, sesat dan menyesatkan. Tapi, sekalipun penjahat, kalau dia ngomong sholat itu wajib hukumnya bagi umat Islam, ya harus didengerin. Dan bukan hanya didengerin,tapi juga dijalanin “ Pa’e menjelaskan. Dia tak mau Bu’e salah memahami ucapannya. Bagaimanapun, meski bukan pejabat tapi Pa’e ingin ucapannya didengarkan orang.

“ Lah, kalau sebatas omongan, tapi tidak pernah menjalankan ?” Bu’e masih penasaran

“ Biar pejabat itu tidak atau belum melakukan korupsi, biar penjahat tidak atau belum mengerjakan sholat, tapi orang lain yang mendengarnya boleh jadi terinspirasi dari omongan mereka “ Pa’e memberikan argumennya.

“ Lha, terus kudune piye Pa’e? “ Bu’e bertanya seolah Pa’e adalah salah satu dari keduanya ( pejabat atau penjahat. Hihihi…Bu’e memang terkadang seperti pejabat yang jahat. Nah, loh! )

“ Ya, harusnya pejabat itu memberantas para penjahat, bukan ikut-ikutan menjadi penjahat. Dan, semestinya jangan pernah mengangkat penjahat sebagai pejabat, sebelum dia benar-benar bertaubat. Jangan asal konglomerat, jangan asal terlihat hebat kemudian bisa menjadi wakil rakyat. Kanjeng nabi Muhammad pernah ngendika bahwa bila urusan suatu negeri sudah diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahli dalam bidangnya, maka tinggal menunggu kehancurannya saja. Mudah-mudahan negeri ini tidak seperti itu, meskipun itu yang nyata terlihat mata. Mudah-mudahan Allah masih memberikan kesempatan kedua untuk bangsa ini merasakan sebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi “ dalam kecemasan, Pa’e tetep berharap negeri tercinta ini diselamatkan dari tangan-tangan calon penghuni neraka.

“ Yang bukan ahlinya itu misalnya siapa tho Pa’e?” tanya Bu’e penasaran.

“ Ya banyak, besok saja aku jelaskan. Sekarang sudah malam. Aku mau masukan motor BMW ku dulu, Bu’e siapkan kasurnya. Kita tidur, mudah-mudahan ada keajaiban di berita besok pagi. Bukan lagi soal kasus korupsi atau perbuatan asusila, tapi berita soal prestasi negeri dan umat ini.


Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri