15 Mar 2010

Siapa Bilang ( Buang Angin ) Tidak Bayar?

Berhati-hatilah menjaga lisan, kapanpun, dimanapun dan dengan siapapun. Begitulah pelajaran yang kupetik dari cerita salah satu jamaah, saat kami sedang duduk-duduk di teras mushola Baiturrohim sambil menunggu datangnya waktu Isya, usai mendatangi undangan syukuran pernikahan.

Pelajaran berharga ini terjadi saat Pak Karim ( bukan nama sebenarnya ) beserta keluarga sedang rekreasi di salah satu tempat wisata alam. Seperti tempat wisata pada umumnya, banyak pedagang yang menjajakan dagangannya di sekitar pintu masuk wisata. Salah satunya adalah seorang lelaki setengah baya yang menghampiri rombongan pak Karim dan menawarkan dagangannya berupa tongkat dari ranting pohon. Tongkat semacam ini memang banyak dijajakan di tempat wisata tersebut mengingat jalan menuju lokasi yang menanjak dan cukup licin. Pihak pengelola wisata sendiri sudah mengantisipasi hal ini dengan membuat pagar disepanjang sisi jalan untuk menjaga keselematan pengunjung. Namun keberadaan tongkat ala kadarnya ini terkadang sangat dibutuhkan khususnya bagi para pengunjung yang takut terpeleset atau kelelahan di tengan perjalanan

“ Tongkatnya Bu, hanya seribu rupiah” lelaki setengah baya itu menawarkan sebatang tongkat kepada bu Karim.

“ Seribu? Jadi bayar toh, kirain gratis!“ bu Karim agak terkejut, dia mengira tongkat itu adalah fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola tempat wisata.

“ Ya bayar Bu, ini dagangan saya. Pihak pengelola tidak menyediakan fasilitas ini untuk para pengunjungnya “ jawab sang penjual kalem

“ Ternyata dimana-mana sama ya, semua harus bayar. Hanya buang angin saja yang tidak bayar “ meski kesal akhirnya Bu Karim membeli sebatang tongkat yang dijajakan lelaki setengah baya tersebut.

Perjalananpun dilanjutkan, melewati jalanan yang menanjak , berkelok dan cukup licin di beberapa lokasi. Namun, baru sekitar dua ratus meter dari pintu gerbang, tiba-tiba Bu Karim merasakan perutnya sakit, mulas dan memaksa dia untuk segera ke kamar mandi. Beruntung di sepanjang jalan menuju lokasi banyak terdapat wc umum. Namun meski sampai tiga kali bolak balik ke kamar mandi, Bu Karim sama sekali tak merasakan perutnya menjadi lega. Bu Karim heran, sebab di kamar mandi bu Karim hanya ( maaf ) buang angin saja. Dan begitulah berulang sampai tiga kali.

“ Bagaimana Bu, apa masih terasa sakit ?” tanya pak Karim mulai cemas.

“ Masih Pak “ Bu Karim pun menceritakan apa yang dialaminya di dalam kamar mandi

“ Mungkin ini ada kaitannya sama omongan Ibu tadi. Ibu kesal kan waktu ditawarin tongkat di pintu gerbang? Ibu bilang hanya buang angin saja yang tidak bayar, sekarang ibu tiga kali ke kamar mandi, hanya buang angin dan harus bayar tiga kali “ pak Karim merasa ada yang aneh dengan sakit perut istirnya. 

“ Astaghfirulloh, betul Pak, barangkali ini balasan atas omonganku pada penjual tongkat tadi” bu Karim mulai cemas, jangan-jangan yang dikatakan suaminya itu benar, sakit perut tersebut ada kaitannya dengan omongannya yang mungkin tidak sopan atau bahkan menyakiti perasaan orang lain.

Bu Karimpun menyesali semua omongannya, dan berniat untuk meminta maaf kepada sang penjual tongkat saat mereka pulang nanti. Berkali-kali bu Karim beristighfar dan berdoa dalam hati berharap sakit perutnya segera sembuh. Dan Alhamulillah, perlahan sakit perutnyapun mereda dan mereka bisa melanjutkan perjalanan dan berekreasi hingga sore hari.

Sesuai niat mereka, sebelum pulang mereka mencoba mencari sang penjual tongkat itu untuk meminta maaf, namun mereka tak berhasil menemukannya. Barangkali sang penjual tongkat sudah pulang atau sedang menjajakan dagangannya di tempat lain. Karena waktu sudah semakin sore, maka bu Karim memutuskan untuk tidak melanjutkan mencari sang penjual tongkat. Dalam hatinya dia berharap sekali bahwa sang penjual tongkat sudah memaafkan omongannya tadi pagi. 

***

Allah berfirman,
Apapun kata yang terucap pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid”. (QS. Qaff : 18)

Sabda rosululloh,
Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” (HR. Bukhori dan Muslim)

Penggalan ayat dan hadist tersebut di atas mengingatkan kita agar selalu berhati-hati dalam bertutur kata. Kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun. Bahkan dalam sebuah hadist lain Rosululloh menyebutkan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam

Semoga kita bisa mengambil ibrah dari kisah di atas.

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri