22 Jan 2010

Berlebihan dan Keterlaluan

Hujan yang turun sejak setengah jam yang lalu, AC yang disetel pada suhu 18 derajat, seharusnya memberikan kesejukan di hati dua rekan kerjaku ini. Apa yang terasa dalam kantor berukuran 8 x 3 meter ini justru sebaliknya, panas dan sama sekali tidak nyaman. Semua berawal dari perbincangan dua orang rekan kerjaku seputar tokoh yang sedang mengemuka. Tokoh yang sebagian orang mengatakan kontroversial, meski menurutku tak sampai seperti itu.

Mulanya mereka hanya saling memberikan pandangan terhadap sang tokoh. Namun karena keduanya berada di pihak yang berseberangan, maka akhirnya mereka terlibat perdebatan yang panjang dan sama sekali tak menyenangkan. Masing-masing mempertahankan pendapatnya, dan saling menyerang pendapat lawannya. Beberapa kali kucoba meredakan perdebatan yang mulai memanas, namun kesempatan itu tak pernah kudapat sepenuhnya karena mereka sama-sama ngotot.

Perdebatan yang cukup sengit itu akhirnya berhenti ketika salah satu dari mereka meminta pendapatku mengenai sang tokoh yang mereka perdebatkan.

Jujur, aku tidak ingin cepat menvonis seseorang sebelum aku tahu dengan pemahamanku. Aku melihat ada sisi positif dan negatif yang tidak bisa dikesampingkan atau dihilangkan begitu saja salah satunya “ jawabku singkat.

Alhamdulillah, akhirnya merekapun terdiam, Entahlah, apakah mereka membenarkan apa yang baru saja kukatakan ataukah mereka kecewa karena ternyata aku tak memihak ke salah satunya. Aku hanya berharap, mereka sadar bahwa tak sepantasnya dan tak seharusnya memperdebatkan sesuatu yang sifatnya relatif. Dan sang tokoh yang mereka perselisihkan adalah manusia biasa yang sudah pasti memiliki kelebihan sekaligus kekurangan.

Berlebihan dan keterlaluan, begitulah mereka menurutku, dan hal ini sering terjadi pada kita. Saat merasa suka dengan sesuatu atau seseorang, kita mengaguminya, memujinya secara berlebihan. Apapun yang ada dan dilakukan olehnya, semuanya terlihat sempurna, tak ada cela. Pun ketika kita tidak menyukai sesuatu atau sesorang, kita membencinya, menghujatnya dengan keterlaluan. Apapun yang ada dan dilakukan olehnya, semuanya terlihat salah dan tercela. Sikap fanatik seperti ini masih sering kita jumpai, dimana sesorang merasa bahwa dirinya, orang yang dikaguminya atau juga kelompoknya adalah yang paling benar diantara yang lain. Merasa benar itu tidak salah, tapi merasa paling benar itu yang menjadi masalah.

Islam tidak menyukai apapun yang sifatnya berlebihan. Islam lebih mengajarkan umatnya untuk berbuat yang jujur, adil, proporsional dan objektif. Ketika kita tidak menyukai sesuatu hal, seharusnya hanya sekedarnya saja. Begitupun bila kita menyukainya, hendaknya sewajarnya saja. Bisa jadi dan sering terjadi, kita menyukai apa yang sebenarnya buruk dimata Allah, begitupun sebaliknya.

Orang yang luas ilmu dan wawasannya, tidak mungkin mengatakan dirinya, pendapatnya dan juga pandangannyalah yang paling benar sehingga meremehkan orang lain dan juga pendapatnya. Orang yang bijaksana akan menerima perbedaan pandangan orang lain, menghargainya dan menilainya sebagai sebuah wawasan baru karena perbedaan pendapat adalah sebuah hal yang nyaris terjadi dalam beberapa hal.

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri