12 Nov 2009

Di Balik Sebuah Pemberian

Jangan pernah meremehkan pemberian orang lain, apapun bentuknya, berapapun nilainya karena sangat mungkin dibalik wujudnya yang tak menarik, nilainya yang kecil bahkan terkesan tidak penting dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit bagi orang lain untuk mendapatkan dan memberikannya kepada kita. Itulah pelajaran yang kupetik dari kisah pak Muslim ( bukan nama sebenarnya ) yang ingin kuceritakan berikut ini.

Siang itu, hari terakhir bulan Ramadhan 1429 H yang lalu, pak Muslim dan sang istri mendatangi lebih dari sepuluh kios dan toko di sudut-sudut kampung bahkan sampai keluar kampung demi untuk mendapatkan sekedar jajanan yang akan mereka bawa sebagai buah tangan disaat silaturahmi lebaran. Mereka terpaksa berkeliling kampung hampir dua jam lamanya karena sudah banyak toko dan kios yang tutup, ditinggal mudik pemiliknya. Kalaupun ada yang masih buka, jajanan yang tersedia tidaklah memberikan banyak pilihan. Sebenarnya mereka bisa saja mendatangi agen atau supermarket yang tentunya banyak menjual kue dan makanan lebaran, tapi itu tidak mungkin mereka lakukan karena uang yang mereka miliki takkan bisa menjangkau harganya yang mahal.

Menjelang dzuhur, mereka akhirnya menemukan sebuah kios di dalam pasar di kampung sebelah yang masih menjual jajanan yang cukup beragam, termasuk seperti yang mereka cari, murah namun pantas dijadikan buah tangan saat silaturahmi lebaran. Namun masalah belum selesai, karena ternyata uang yang mereka anggarkan untuk membeli jajanan tersebut ternyata hanya mampu untuk membeli dua kilo jajanan, sedangkan keluarga yang akan mereka beri jumlahnya ada delapan.

Akhirnya, dengan keterbatasan uang yang mereka miliki, dua kilo jajanan tersebut mereka bagi menjadi delapan bungkus, masing-masing 250 gram. Sedikit tak mengapa yang terpenting bisa berbagi dengan famili saat silaturahmi nanti, begitu pertimbangan mereka. Tepat azan dzuhur berkumandang, mereka tiba dirumah dengan delapan bungkus jajanan yang akan mereka persembahkan untuk keponakan mereka esok hari saat lebaran yang dinantikan datang.

***

Apakah yang menjadi alasan pak Muslim dan sang istri rela bahkan terkesan memaksakan diri untuk mencari jajanan sekedar sebagai buah tangan saat silaturahmi, karena gengsikah atau mereka memiliki alasan lain? Pak Muslim sadar bahwa membawa membawa oleh-oleh saat silaturahmi bukanlah sebuah kewajiban, sebab kewajiban yang sesungguhnya adalah silaturahmi itu sendiri. Tapi bagi pak Muslim dan sang istri, bisa memberikan sesuatu bagi keponakannya adalah sebuah kepuasan batin tersendiri. Sama sekali tak ada kaitannya dengan sebuah gengsi, mereka hanya ingin sekedar berbagi. Jika sekedar jajanan sebagai buah tangan bisa membuat silaturahmi menjadi lebih berkesan, mengapa tidak!

Featured post

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ sebuah sms mas...

 
© Copyright 2035 Ruang Belajar Abi
Theme by Yusuf Fikri